NAMA: ELIYONA BAENE
ASAL NIAS SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kisah Para Rasul 21:39; 22:3;
22:27-28; 9:3-20
A.
Latar
Belakang
Rasul Paulus
dikenal sebagai Rasul yang dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk mewartakan Injil
kepada bangsa-bangsa lain/ non- Yahudi (Rom 11:13, 15:16; Gal 1:16, Kis 26:20) dan
dengan demikian menjadi jembatan antara bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa
lain. Untuk tugas ini, Tuhan telah mempersiapkan Rasul Paulus sejak awal, sebab
ia menerima pendidikan yang baik, baik dalam kalangan Yahudi maupun di kalangan
Yunani. Demikianlah keterangan sekilas tentang Rasul Paulus dari latar belakang
Yahudinya:
A.1. Kelahiran:
Rasul Paulus dilahirkan di Tarsus,
sebuah kota metropolis Romawi, propinsi Kilikia (Kis 22:3). Tarsus, di sisi
utara, melalui gerbang Kilikia, tergabung dengan budaya Asia Kecil; sedangkan
di sisi timur melalui gerbang Syria berhubungan dengan negara-negara Asia, dan
di sisi selatan dengan daerah Mediterania. Di saat Stefanus dibunuh sebagai
martir -kemungkinan di tahun yang sama dengan tahun Kristus wafat- Saulus dijabarkan
sebagai seorang pemuda (Kis 7:57). Maka disimpulkan Paulus dilahirkan setelah
Kristus, di antara 3-10 AD. Rasul Paulus dilahirkan oleh orang tua
berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). Menurut
Hieronimus, orang tua Rasul Paulus bermigrasi ke Tarsus dari Palestina, namun
tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Mereka kemungkinan adalah
orang-orang yang cukup berada, sebab mereka dapat memberikan pendidikan yang
baik kepada Rasul Paulus.
A.2. Pendidikan secara Yahudi
Pendidikan
bahasa Yahudi dipromosikan oleh Joshua ben Gamala, namun kita tidak dapat
mengetahui dengan pasti, apakah Rasul Paulus menjadi murid di sekolah ini,
ataukah menerima pendidikan dasar dari ayahnya, sebagaimana yang umum terjadi
pada kebanyakan anak-anak Yahudi. Pendidikan lanjutan (semacam SMP) telah ada
di tengah-tengah kaum Yahudi, sejak tahun 75 BC, yang didirikan oleh Simon ben
Shetah. Paulus menerima pendidikan yang
lebih tinggi yang ada di kalangan Yahudi sejak zaman Nabi Ezra, sejak tahun 450
BC. Karena menerima pendidikan tinggi ini, dikatakan dalam Kisah para Rasul
bahwa Rasul Paulus dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel (Kis
22:3).
A.3. Latar
belakang pendidikan secara Yunani:
Kita tak
dapat mengetahui dengan pasti apakah Paulus pernah menempuh pendidikan Yunani
secara formal di sekolah Yunani, ataukah ia mempelajari bahasa Yunani melalui
kehidupan di tengah-tengah bangsa Yunani. Dari beberapa kutipan sastra Yunani
dalam Kisah Para Rasul tentang Areopagus di Athena, menunjukkan kutipan-kutipan
yang sering digunakan dalam masyarakat. “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak
dan kita ada” (Kis 17:28) berasal dari perkataan Epimedes dari Kreta (550-449
BC), atau kelanjutannya: “Sebab kita semua adalah keturunan Allah juga.” (Kis
17:28), adalah dari Aratus (310-240 BC) atau Cleanthes (320-230 BC). Oleh
karena itu pakar teologi, Fernand Prat SJ, berpendapat bahwa bahasa Yunani
Rasul Paulus diperolehnya bukan dari sekolah, namun dari permbicaraan
sehari-hari.
Namun jika kita melihat gaya penulisan
Yunani dalam surat-suratnya sebagai yang tulisan yang terindah dalam kitab
Perjanjian Baru, yang juga memasukkan ekspresi-ekspresi yang jarang digunakan,
maka kita cenderung percaya bahwa Rasul Paulus telah menerima pendidikan bahasa
Yunani secara formal. Pandangan ini dipegang oleh Frederick William Farrar.
A.4. Panggilan rahmat
Namun di
atas panggilannya sebagai jembatan kaum Yahudi dan Yunani, pertama-tama Rasul
Paulus menerima bahwa ia dipanggil secara khusus oleh Tuhan dan memperoleh
rahmat-Nya dalam keadaan yang tidak layak. Panggilan Tuhan Yesus atasnya
terjadi dalam perjalanannya ke Damaskus (Damsyik). Sebelum ke Damaskus, ia
memberikan diri sepenuhnya kepada hukum Taurat, dan setelah peristiwa Damaskus,
ia memberikan sepenuhnya kepada Kristus. Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga
kali (Kis 9:1-9, 22:6-16, 26:12-18). Rasul Paulus dapat menerapkan perkataan
Allah kepada Nabi Yeremia di dalam kehidupannya sendiri, “Sebelum Aku membentuk
engkau di rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, sebelum engkau dilahirkan Aku
telah menentukan engkau, sebagai nabi bagi bangsa- bangsa yang Kutunjukkan
kepadamu.” (Yer 1:5). Apa yang dulu ia pikir berharga, kemudian ia anggap rugi
(lih. Flp 3:7-8) jika dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus.
Fr. Fernand
Prat SJ menuliskan empat acuan ayat yang sangat penting, agar kita dapat
memahami keotentikan pengalaman Rasul Paulus pada saat pertobatannya, yaitu
justru karena sebelumnya ia adalah seorang Yahudi yang sangat taat dan yang
karena ketaatannya itu ia menganiaya jemaat Allah, sebab ia berpikir bahwa
dengan melakukannya ia berbuat sesuatu yang benar menurut hukum taurat: “Sebab
kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku
menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi
aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara
bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek
moyangku.” (Gal 1:13-14) “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul,
sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1Kor 15:9), aku yang tadinya seorang
penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah
dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di
luar iman.” (1Tim 1:13)” tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang
Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam
mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:5-6).
Seseorang
yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya,
dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar
biasa, yang kita kenal dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubah
seluruh hidup Rasul Paulus, dan karena pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini,
Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga dapat menjadi
ungkapan hati kita semua yang mengimani Kristus: “namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal
2:20).
A.5. Menerima mahkota di Sorga
Tradisi Gereja mencatat kematian
Rasul Paulus di sekitar tahun 64-67, sebagaimana dicatat oleh ahli sejarah
Gereja, Eusebius. Eusebius mencatat kematian Rasul Petrus dan Paulus di bawah
penganiayaan Kaisar Nero. Rasul Petrus wafat dengan disalib terbalik sedangkan
Rasul Paulus dengan dipenggal kepalanya.
B.
Tujuan.
Tujuan
makalah ini ditulis untuk membuka wawasan bagi para pembaca dalam mengetahui
apa yang dilakukan oleh rasul Paulus dalam pelayanannya. Makalah ini penulis
memaparkan hal-hal yang harus di dibahas dalam perjalan Rasul Paulus serta
ketika dia terjun dalam pelayanannya dari awal. Hal-hal yang perlu pembaca
perhatikan sebagai berikut:
1.
Peta perjalanan misi Paulus
2.
Strategi misi Paulus
3.
Metode misi Paulus
4.
Teologi misi Paulus
5.
Tanggapan penulis Terhadap pelayanan
misi Paulus dan relevansinya bagi gereja masa kini.
BAB II
PETA DAN
INDEKS NAMA TEMPAT PERJALANAN MISI RASUL PAULUS
A. II.1.
Peta Perjalanan Misi Paulus
1. Gaza Filipus berkhotbah tentang Kristus
dan membaptis seorang sida-sida Etiopia dalam perjalanannya ke Gaza (Kis.
8:26–39).
2. Yerusalem Lihat peta 12 untuk
peristiwa-peristiwa di Yerusalem.
3. Yafo (Yope) Petrus menerima suatu
penglihatan bahwa Allah memberikan karunia pertobatan kepada orang-orang bukan
Israel (Kis. 10; 11:5–18). Petrus menghidupkan kembali Tabita dari yang mati
(Kis. 9:36–42).
4. Samaria Filipus melayani di Samaria (Kis.
8:5–13), serta Petrus dan Yohanes belakangan mengajar di sini (Kis. 8:14–25).
Setelah mereka menganugerahkan karunia Roh Kudus, Simon si tukang sihir
berupaya untuk membeli karunia ini dari mereka (Kis. 8:9–24).
5. Kaisarea Di sini, setelah seorang malaikat
melayani kepada perwira pasukan bernama Kornelius, Petrus memperkenankan dia
untuk dibaptis (Kis. 10). Di sini Paulus membuat pembelaannya di hadapan Agripa
(Kis. 25–26
6. Damsyik Yesus menampakkan diri kepada
Saulus (Kis. 9:1–7). Setelah Ananias memulihkan penglihatan Saulus, Saulus
dibaptis dan memulai pelayanannya (Kis. 9:10–27).
7. Antiokhia (di Aram) Di sini
para murid pertama kali disebut orang Kristen (Kis. 11:26). Agabus menubuatkan
bencana kelaparan (Kis. 11:27–28). Pertengkaran besar timbul di Antiokhia
mengenai sunat (Kis. 14:26–28; 15:1–9). Di Antiokhia Paulus memulai misinya
yang kedua bersama Silas, Barnabas, dan Yudas Barsabas (Kis. 15:22, 30, 35).
8. Tarsus Kampung halaman Paulus; Paulus
dikirim ke sini oleh para Saudara untuk melindungi nyawanya (Kis. 9:29–30).
9. Siprus Setelah dianiaya, sebagian Orang
Suci melarikan diri ke pulau ini (Kis. 11:19). Paulus melakukan perjalanan
melalui Siprus pada perjalanan misionarisnya yang pertama (Kis. 13:4–5),
sebagaimana dilakukan Barnabas dan Markus belakangan (Kis. 15:39).
10. Pafos Paulus mengutuk seorang tukang
sihir di sini (Kis. 13:6–11).
11. Derbe Paulus dan Barnabas mengkhotbahkan
Injil di kota ini (Kis. 14:6–7, 20–21).
12. Listra Ketika Paulus menyembuhkan orang
yang timpang, dia dan Barnabas disambut sebagai dewa. Paulus dirajam dan
disangka mati tetapi pulih dan melanjutkan berkhotbah (Kis. 14:6–21). Kediaman
dari Timotius (Kis. 16:1–3).
13. Ikonium Pada misi mereka yang pertama,
Paulus dan Barnabas berkhotbah di sini serta diancam dengan perajaman (Kis.
13:51–14:7).
14. Laodikia dan Kolose Laodikia
adalah salah satu cabang Gereja yang Paulus kunjungi dan terima surat-surat
darinya (Kol. 4:16). Itu adalah juga salah satu dari tujuh kota yang tercatat
dalam kitab Wahyu (yang lain adalah Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis,
dan Filadelfia; lihat Why. 1:11). Kolose berada 18 kilometer ke timur Laodikia.
Paulus menulis kepada para Orang Suci yang tinggal di sini.
15. Antiokhia (di Pisidia) Pada misi
mereka yang pertama, Paulus dan Barnabas mengajari orang-orang Yahudi bahwa
Kristus datang dari benih keturunan Daud. Paulus menyampaikan Injil kepada
bangsa Israel, kemudian kepada orang-orang bukan Israel. Paulus dan Barnabas
dianiaya dan dipaksa keluar (Kis. 13:14–50).
16. Miletus Saat di sini pada misinya yang
ketiga, Paulus memperingatkan penatua Gereja bahwa “serigala-serigala yang
ganas” akan memasuki kawanan domba (Kis. 20:29–31).
17. Patmos Yohanes adalah tahanan di pulau ini
ketika dia menerima penglihatan-penglihatan yang sekarang dimuat dalam kitab
Wahyu (Why. 1:9).
18. Efesus Apolos berkhotbah di sini dengan
kuasa (Kis. 18:24–28). Paulus, pada misinya yang ketiga, mengajar di Efesus
selama dua tahun, menginsafkan banyak orang (Kis. 19:10, 18). Di sini dia
menganugerahkan karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan (Kis. 19:1–7) dan
melakukan banyak mukjizat, termasuk mengusir roh-roh jahat (Kis. 19:8–21). Di
sini penyembah Artemis membangkitkan kegaduhan menentang Paulus (Kis.
19:22–41). Sebagian dari kitab Wahyu disampaikan kepada Gereja di Efesus (Why.
1:11).
19. Troas Saat Paulus berada di sini pada
perjalanan misionarisnya yang kedua, dia melihat suatu penglihatan tentang
seorang pria di Makedonia meminta pertolongan (Kis. 16:9–12). Saat di sini pada
misinya yang ketiga, Paulus menghidupkan kembali Eutikhus dari yang mati (Kis.
20:6–12).
20. Filipi Paulus, Silas, dan Timotius
menginsafkan seorang wanita bernama Lidia, mengusir roh jahat, dan dipukuli
(Kis. 16:11–23). Mereka menerima pertolongan ilahi untuk meloloskan diri dari
tahanan (Kis. 16:23–26).
21. Atena Paulus, saat pada misinya kedua ke
Atena, berkhotbah di Areopagus tentang “Allah yang tidak dikenal” (Kis.
17:22–34).
22. Korintus Paulus pergi ke Korintus pada
misinya yang kedua, di mana dia tinggal bersama Akwila dan Priskila. Dia
berkhotbah di sini dan membaptis banyak orang (Kis. 18:1–18). Dari Korintus,
Paulus menulis suratnya kepada orang-orang Roma.
23. Tesalonika Paulus berkhotbah
di sini selama perjalanan misionarisnya yang kedua. Rombongan misionarisnya
berangkat ke Berea setelah orang-orang Yahudi mengancam keselamatan mereka
(Kis. 17:1–10).
24. Berea Paulus, Silas, dan Timotius
menemukan jiwa-jiwa yang mulia untuk diajar selama perjalanan misionaris Paulus
yang kedua. Orang-orang Yahudi dari Tesalonika mengikuti dan menganiaya mereka
(Kis. 17:10–13).
25.Makedonia Paulus mengajar di sini pada
perjalanannya yang kedua dan ketiga (Kis. 16:9–40; 19:21). Paulus memuji kemurahan
hati para Orang Suci Makedonia, yang memberi kepadanya dan kepada para Orang
Suci yang miskin di Yerusalem (Rm. 15:26; 2 Kor. 8:1–5; 11:9).
26. Malta Paulus terdampar di pulau ini pada
perjalanannya ke Roma (Kis. 26:32; 27:1, 41–44). Dia tak terluka oleh gigitan
ular dan menyembuhkan banyak orang yang sakit di Malta (Kis. 28:1–9).
27. Roma Paulus
berkhotbah di sini selama dua tahun di bawah penahanan rumah (Kis. 28:16–31).
Dia juga menulis epistel-epistel, atau surat-surat, kepada orang-orang Efesus, Filipi,
dan Kolose serta kepada Timotius dan Filemon saat ditahan di Roma. Petrus
menulis suratnya yang pertama dari “Babilon,” yang mungkin adalah Roma, segera
setelah penganiayaan oleh Nero terhadap orang-orang Kristen pada tahun 64 M.
Secara umum dipercayai bahwa Petrus dan Paulus mati syahid di sini.
II.2. Misi Paulus
Paulus adalah pilihan Allah untuk mewartakan kasih karuniaNya
kepada semua orang (Gal 1:15). Suatu yang menakjubkan bahwa seorang Saulus yang
tadinya penganiaya pengikut Kristus, sekarang dengan semangat bergelora mau
mewartakan Kristus. Perjalanan misi Paulus bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi
dia berani mengambil resiko untuk menderita, menghadapi tantangan untuk
Kristus. Sebenarnya kenapa dia berani melakukan hal ini? Perjumpaannya dengan
Yesus sebenarnya menjadi titik balik dari semuanya. Hidup Paulus mengalami
perubahan ketika berjumpa dengan Yesus.
II.3. Perjumpaan dengan Yesus
Kita sedikit melihat bagaimana pengalaman perjumpaan Paulus dengan
Yesus. Perjumpaan ini terjadi ketika dia dalam perjalanan ke Damsyik. (bdk. Kis
9:10-19a). Peristiwa Damsyik merupakan peristiwa yang selalu dikenang oleh
Paulus, bahkan kalau orang menantang kesetiaannya sebagai murid atau pengikut
Yesus, dia selalu kembali mengingat pengalaman ini.
Peristiwa Damsyik menjadi titik balik hidup Paulus. Peristiwa ini
sering disebut sebagai pertobatan Paulus. Namun pertobatan di sini jangan
dimengerti sebagai pertobatan moral artinya setelah melakukan dosa besar, lalu
Paulus bertobat. Pertobatan di sini lebih dilihat sebagai perubahan cara
pandang atau cara berpikir. Perjumpaan dengan Yesus telah membuka pewahyuan
ilahi mengenai keselamatan manusia. Sebagai orang Yahudi, Paulus mengakui bahwa
keselamatan diperoleh dengan mentaati hukum Taurat. Namun setelah perjumpaannya
dengan Yesus, dia yakin bahwa Yesus Kristus yang bangkit itulah yang mampu
menyelamatkan manusia. Manusia diselamatkan bukan karena mentaati hukum Taurat
melainkan karena percaya kepada Kristus (Flp 3:9). Inilah pengalaman yang
merubah hidup Paulus, yang menjadi titik balik hidupnya.
Pengalaman ini membuat dia dengan berani memilih menjadi pengikut
Kristus dan mewartakanNya ke seluruh dunia, bahkan rela menderita untukNya.
Kepada jemaat di Filipi dia dengan bangga berkata: “Apa yang dahulu merupakan keuntungan
bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus” (Flp 3:8).
Refleksi: Kalau kita sedikit menengok siapakah Paulus sebelum mengenal
Kristus, kita pasti tak meragukan segala kehebatannya sebagai orang Yahudi.
Kepada umat di Filipi dia katakan:
“…Jika
ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih
lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin,
orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang
Farisi,tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:4b-6)
Apa yang kurang dari Paulus? Sebagai orang Yahudi dia memiliki
sejumlah keistimewaan yang menjadi alasan bagi dia untuk bermegah. Dia seorang
ahli kitab yang brilian dan belajar pada guru yang hebat seperti Gamaliel (Kis
22:3). Dan sebagai orang Farisi dia mengikuti mazhab yang paling keras dalam
agama Yahudi. (Kis 26:5). Dia seorang Yahudi yang sangat fanatik dalam memegang
nilai-nilai dasar yang dihayati dalam agama Yahudi. (Bdk. Gal 1:14). Namun
setelah dia mengenal Yesus, semuanya itu dianggapnya sampah dan tidak
mendatangkan keuntungan baginya.
Dalam diri Paulus terjadi perubahan mutlak dalam cara menilai
seluruh dunianya. Yang tadinya dianggapnya penting, sekarang menjadi nol dan
tidak penting sama sekali. Yang tadinya tak mungkin dilepaskannya, sekarang
menjadi sampah, sebab pengenalan akan Kristus mendapatkan prioritas mutlak dan
mampu memenuhi segalanya. Peristiwa Damsyik akhirnya jauh lebih kompleks dari
sekedar pertobatan moral biasa atau perubahan mentalitas saja.
Suatu yang jelas bahwa peristiwa ini membuat Paulus berubah, dan
di balik itu semua, Allah mempunyai rencana khusus untuk Paulus. Terkadang kita
tidak mengerti rencana Allah. Apa yang sebenarnya kita ragukan tetapi Allah
bisa melakukannya. Begitulah yang terjadi pada Paulus. Bahkan Paulus sendiri
merasa bahwa ketika menerima panggilan ini, dia seperti anak yang lahir sebelum
waktunya. (1 Kor 15:8). Di samping itu, dia sebenarnya merasa tak layak sebab
seperti yang diakuinya bahwa dia adalah orang paling berdosa dari setiap orang
yang berdosa. Tetapi Allah menyatakan pilihanNya kepada orang hina seperti dia.
Allah menyatakan kasihNya kepada Paulus, dan bagi dia itu merupakan sebuah
kesaksian bagi mereka yang percaya kepada Kristus. (bdk.1 Tim 1:13-16;1 Kor
15:8-9). Paulus kemudian menyadari bahwa dia dipilih Tuhan untuk mewartakan
Kristus ke segala bangsa terutama yang bukan Yahudi (bdk. Gal 1:16).
II.4. Karya
Misi Paulus
Perjumpaan Paulus dengan Yesus memiliki implikasi langsung pada
keberaniannya untuk menjadi pengikut Kristus dan dengan semangat yang berkobar
mau mewartakan Kristus kepada bangsa-bangsa. Suatu kenyataan bahwa Paulus
dipilih sebagai alat bagi Allah. Pilihan Allah memang bisa amat mengejutkan
bagi jemaat perdana waktu itu, tetapi juga bagi Paulus sendiri. Pengalaman
rahmat ini merupakan suatu pembaharuan hidup yang menakjubkan. Paulus menjadi
pilihan Allah dan dia ditentukan untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada
bangsa-bangsa (bdk. Gal 1:15). Dan untuk menjalankan karya ini, Paulus akan
banyak menanggung penderitaan. Tetapi bagi Paulus sendiri menderita demi Injil
merupakan kebanggaan baginya, sebab bagi dia salib Kristus itu merupakan suatu
kebijaksanaan Allah dalam menampakan kasihNya yang besar ( bdk. 1 Kor 2:1-6).
Perjalanan misi Paulus merupakan sebuah perjalanan yang panjang.
Perjalanan misi Paulus tidaklah semuda sekarang. Dia tidak menggunakan mobil,
pesawat, kapal laut yang bagus, tetapi Paulus pergi dengan berjalan kaki atau
terkadang berlayar dengan kapal yang tidak sebagus saat ini. Dalam kesempatan
ini, kita akan melihat secara sepintas perjalanan misinya. Dalam kisah Para
Rasul, Lukas menulis bahwa Paulus mengadakan tiga misi pewartaan Injil.
II.5. Perjalanan misi pertama
sekitar tahun 45 dan 49 (lihat Kis 13:1-14:28). Dalam pimpinan Roh
kudus Paulus bersama Barnabas dan Markus berangkat melaksanakan misi ini. (Kis
12:24-13:3) Mereka mengunjungi pulau Siprus daerah kelahiran Barnabas (Kis 13:
4-12). Misi di daerah ini cukup berhasil, bahkan gubernur pulau ini begitu
takjub dan percaya akan ajaran Tuhan. (Kis 13:12). Dari Siprus mereka pergi ke
Asia kecil bagian selatan, dan akhirnya tiba di Antiokhia yang terletak di
wilayah Psidia (Kis 13:13-49). Di sini Markus meninggalkan rombongan karena
tidak cocok dengan Paulus. Dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas pergi ke
Ikonium, Listra dan Derbe yang terletak di pedalaman Pamfilia (Kis
13:50-14:20). Dari Derbe Paulus dan Barnabas kembali ke Asia kecil lagi kepada
jemaat-jemaat yang telah mereka bentuk. Dari sana mereka kembali ke Antiokhia.
Perjalanan misi ini cukup berhasil. Pewartaan Paulus dan Barnabas diterima
dengan baik, walaupun demikian mereka juga meghadapi tantangan-tantangan
terutama dari orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya akan pewartaan mereka.
Sebelum melakukan perjalanan misi kedua, Paulus dan Barnabas harus
ke Yerusalem (Kis 15:1-34). Mereka menghadap pimpinan jemaat di sana untuk
menyelesaikan persoalan yang cukup penting dalam perkembangan jemaat Kristen
perdana yaitu mengenai kewajiban orang Kristen non-Yahudi. Bagi orang-orang
Kristen Yahudi, setiap orang yang percaya kepada Kristus harus menaati hukum
Taurat dan disunat agar memperoleh keselamatan, sementara bagi Paulus mereka
harus dibebaskan dari kewajiban menaati hukum Taurat. Karena tidak menemukan
titik temu, akhirnya persoalan ini dibawa ke dewan rasuli. Akhirnya, dalam
bimbingan Roh kudus pimpinan jemaat Yerusalem memutuskan supaya kepada jemaat
Kristen yang berasal dari kalangan non-Yahudi jangan ditanggungkan lebih banyak
beban.
II.6. Perjalanan misi kedua,
Antara tahun 49-52 (Kis 15:35-18:23) Perjalanan ini ditandai
dengan perselisihan antara Barnabas dan Paulus yang berbuntut pada berpisahnya
mereka dalam perjalanan misi selanjutnya. (Kis 15:36-41). Pertikaian antara
Paulus dan Barnabas menunjukan bagaimana pada awal kehidupan jemaat perbedaan
pikiran, perasaan dan mungkin juga naluri, ikut menentukan suatu karya misi.
Kita perlu tetap waspada terhadap kecendrungan pribadi masing-masing, entah itu
buruk atau baik, untuk bisa bekerjasama dengan tulus. Dalam kisah pertikaian
ini, kita tampaknya tidak berhak mengadili siapa yang salah, siapa yang benar:
apakah Paulus yang benar atau Barnabas dan sebaliknya. Tetapi yang jelas,
walaupun mereka konflik dan berpisah, pewartaan Injil tetap dilaksanakan,
bahkan perpisahan ini membuat Injil semakin luas diwartakan. Akhirnya Barnabas
mengajak Markus berlayar ke Siprus, dan Paulus membawa Silas mengelilingi Siria
dan Kilikia (Kis 15:41). Mereka mengambil jalur yang berbeda.
Dalam perjalanan misi ini, Paulus menjelajahi daerah Likaonia,
Pisidia, Galatia, Makedonia (Filipi dan Tesalonika), Atena dan Korintus. Di
Listra seorang murid Paulus bernama Timotius bergabung dengan Paulus. Pewartaan
pada misi kedua ini berjalan dengan baik, banyak orang yang percaya dan
dibabtis, tetapi mereka juga banyak mengalami tantangan dan derita yang tak
kalah hebatnya. Misalnya di Filipi banyak orang non-Yahudi yang percaya dan
dibabtis, termasuk Lidia, seorang pedagang Kain yang cukup berpengaruh dalam
masyarakat tersentuh dengan pewartaan Paulus lalu menjadi Kristen. Di kota ini
juga Paulus dan Silas dikejar-kejar karena membebaskan roh jahat dari seorang
budak perempuan, sehingga pemiliknya kehilangan penghasilan. Hal ini berbuntut
pada penangkapan dan pemenjaraan Paulus dan Silas. Namun Tuhan menyertai
mereka, sehingga mereka dibebaskan, bahkan membabtis kepala penjara. Begitu
juga dengan kota-kota lain seperti Tesalonika, Atena, dan Korintus. Di
Tesalonika pewartaan berjalan dengan baik, tetapi mereka juga dikejar-kejar
oleh orang Yahudi yang tidak senang dengan pewartaan Paulus.
II.7. Perjalanan misi ketiga
Antara tahun 53 dan 58. (Kis 18:24-21:26). Dalam perjalanan misi
ketiga ini, Paulus ingin ke Yerusalem. Walaupun ada yang melarang Paulus untuk
pergi karena hidupnya terancam, tetapi Paulus tetap ingin pergi. Paulus
berangkat dari Antiokia dan pergi lagi ke Asia kecil, menuju Efesus.
Pewartaannya di sini menimbulkan huru-hara yang disebabkan oleh tukang perak.
Ia menggerakan tukang-tukangnya untuk mengacau kota dan melawan Paulus. (Kis
19:23-41). Di Efesus Paulus tinggal cukup lama. Dan dari Efesus Paulus
melanjutkan perjalanan ke wilayah Makedonia dan Yunani lalu kembali ke Siria
atau Antiokhia (Kis 20:1-3). Dalam perjalanan ke Antiokhia Paulus singgah di
Troas. Dari sana Ia ke Miletus dan dia mengumpulkan tua-tua jemaat untuk
memberikan pesan perpisahan kepada mereka yang intinya supaya mereka menjadi
gembala yang baik dan menjaga kawanan yang ada pada mereka. Dari Miletus Paulus
melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem dan sempat singgah di Tirus.(Kis
21:1-6).
Paulus tiba di Yerusalem sekitar tahun 58. Di Yerusalem
orang-orang Yahudi dari Asia menghasut orang banyak untuk menentang Paulus.
Mereka menuduh Paulus sebagai seorang pengkhianat yang menentang bangsa Israel,
Taurat dan Bait Allah. Hal ini berujung pada penangkapan Paulus dan mereka mau
membunuhnya. Untungnya ia diselamatkan oleh tentara Roma. (baca Kis 21:17-40).
Lalu Paulus ditangkap dan dipenjarakan. Lalu kemudian dipindahkan ke penjara
Kaisarea. (lihat Kis 23 dan 24). Karena mengalami pengadilan tidak adil, Paulus
naik banding ke Roma. Lalu pergilah ia ke Roma dan setelah melalui perjalanan
yang panjang dan berbahaya, tibalah Paulus di Roma. Di kota ini dia ditahan
dalam tahanan rumah, tetapi walaupun demikian ia tetap melakukan pewartaan.
Akhirnya di kota ini, Paulus diadili dan wafat sebagai martir.
II.8. Tantangan Misi
Paulus
Perjalanan misi Paulus tidak bisa dilepaskan dari tantangan dan
penderitaan. Banyak pengorbanan Paulus dalam mewartakan Injil. Kepada jemaat di
Korintus dia mengatakan:
“Apakah mereka pelayan Kristus? -- aku berkata seperti orang gila
-- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam
penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku
disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali
aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam
kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku
aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak
orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota,
bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak
saudara-saudara palsu.” (2 Kor 11:23-26).
Perjalanan misi Paulus tidak
mudah. Tantangan datang dari orang Yahudi sendiri yang tidak percaya dan iri
hati dengan pewartaan Paulus. Paulus juga menghadapi tantangan di tempat misi
terutama dari pemimpin dan penduduk lokal. Paulus banyak berhadapan dengan
kuasa kegelapan misalnya dalam Kis 16:13-18. Belum lagi yang datang dari
orang-orang Kristen sendiri. Tak jarang Paulus dianggap sebagai saingan (Flp
1:15). Dia juga menjadi korban iri hati. Jadi, dalam mewartakan Kristus itu
tidaklah mudah dan ini memang yang dikatakan Yesus kepada Paulus pada awal
panggilannya.(Kis 9:16).
BAB III
STRATEGI DAN METODE MISI PAULUS
III.1.
STRATEGI MISI PAULUS
Pauluslah
adalah misionaris Kristen yang paling
berhasil sepanjang
zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia mengadakan
perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan jemaat-
jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi.
Strategi
yang dilakukan oleh Paulus adalah
sebagai berikut:
1. Paulus
sadar bahwa ia hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang
membawa perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat
segala penderitaanyang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai
"bejana tanah liat" hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah
sendiri (2Korintus 4:7).
2. Tetapi
Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak
pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas
pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil
keputusan.
3. Paulus
merupakan seorang penginjil penjelajah tapi Ia dapat saja menghabiskan
waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah
yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-
daerah terpencil.
4. Paulus
memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh
wilayah kekaisaran mereka.
Para
pembaca modern surat-surat Paulus mungkin mengira bahwa
pemberitaan Paulus dapat diringkaskan menjadi uraian yang abstrak
tentang dosa, pembenaran atau penebusan. Tetapi bukan demikian cara
Paulus berkhotbah. Ia mulai di tempat dimana para pendengarnya berada
dan bersedia membicarakan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kadang-kadang
berkhotbah merupakan cara pendekatan yang salah dan Paulus serta
rekan-rekannya selalu siap mendampingi orang orang dan menolong mereka
dalam menghadapi kesulitan hidup sehari-hari. Itulah sebagian rahasia
keberhasilan di Tesalonika: "Kami berlaku ramah di antara kamu, sama
seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya ... bukan saja rela
membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan
kamu" (1Tesalonika 2:7-8). Sikap kepedulian terhadap orang serta keluwesan
dalam pemberitaan Injil inilah yang kemudian diringkaskan Paulus dalam ucapan:
"Aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan
sebanyak mungkin orang... Bagi semua orang aku telah menjadi segala-
galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara
mereka" (1Korintus 9:19-22).
Strategi
rasul Paulus menurut Tom Jacobs dalama buku Rasul Paulus yaitu:
1.
Paulus
tidak berkonfrontasi secara frontal dengan obyek sesembahan agama lain tetapi
mengarahkan obyek itu kepada Allah yang benar yang hidup yang menciptakan
langit dan bumi. Sekalipun demikian kitapun sebagai orang percaya
tidak harus lari kepada ekstrim lainnya dengan cara berkompromi dan mengikuti
faham inklusivisme seakan-akan semua agama itu sama.
2. Bahwa Ia memberi hidup kepada manusia. Manusia
selalu mencari hidup, karena itu pemberitaan mengenai sumber kehidupan itu akan
tetap dicari orang. Setidaknya pada masakini kecenderungan praktek meditasi
untuk mencari kesatuan dengan nafas hidup sangat digandrungi manusia. Umat
Kristen bisa memperkenalkan Tuhan yang hidup dalam sejarah dengan kesaksian
kehidupan mereka sendiri yang benar-benar telah merasakan arti hidup itu di
dalam Tuhan.
3. Karena itu manusia berdosa harus mencari-Nya, bertobat, dan hidup di
dalam-Nya. Agama-agama mistik dan kurban tidak menuntut manusia
bertobat, pengampunan dosa mereka anggap bisa dengan mudah ditebus dengan
kurban dan persembahan, namun rasul Paulus menjelaskan bahwa “Manusia perlu
bertobat!.
4. Mengharapkan kebangkitan karena penebusan Kristus.
III.2. METODE MISI PAULUS
Strategi
penginjilan adalah berbagai metode penyampaian
Injil supaya memudahkan penginjil menyampaikan berita Injil, sehingga penginjilan menjadi lebih efektif. Strategi yang
cocok disuatu tempat, belum tentu cocok di tempat lain. Dengan demikian tidak ada satu metode pun yang dapat dimutlakan penggunaannya. Dan yang perlu diingat, sebaik apapun strategi yang digunakan, tidak mampu membuat seseorang datang kepada Allah kecuali
dengan pertolongan Roh Kudus. Namun demikian, bukan berarti startegipenginjilan
tidak perlu. Penginjilan tanpa strategi seperti seorang yang pergi berperang tanpa perencanaan. Baik strategi maupun pengandalan diri pada kuasa Roh Kudus, keduanya dibutuhkan dalam
menginjili. Paulus selalu serius dengan pemberitaan Injilnya. Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi ketika ia memberitakan Injil. Oleh sebab itu, Paulus mempunyai strategi dalam memberitakan Injil. Ada beberapa strategi yang dilakukannya dalam menginjili, yang dapat dijadikan model penginjilian yang efektif yaitu:
- Ia mendirikan gereja kota. Ia mendirikan jemaat
Kristus di kota-kota besar yang startegis
seperti Filipi, Efesus, dsb. Tujuannya agar sebanyak
mungkin orang mendengar berita Injil. Setelah jemaat kuat dijadikan pusat pemberitaan Injil, dan kemudian
jemaat itu mengutus Paulus dan mendukung
pelayanannya ke tempat yang baru. Paulus menginjili
ke tempat yang memungkinkan adanya hubungan yang lebih
jauh dengannya, supaya ada komunikasi. Paulus menulis surat kepada jemaat-jemaat yang ia
dirikan.
- Tempatyang digunakan
untuk memberitakan Injil tempat-tempat umum yang sangat strategis, yaitu di sinagoge,
dipasar-pasar, dirumah-rumah, dan
ditempat belajar (Tiranus, Kis. 19:9).
- Di manapun keberadaannya
tidak menghalangi Paulus untuk memberitakan Injil.
Misalnya : di penjara.
- Rasul Paulus mengabarkan Injil di dalam rumah yang
mereka kunjungi atau singgahi (Kis. 20:20;
20:31).
- Paulus melakukan penginjilan lintas budaya. Untuk
menghindari terjadinya miss
communication (kesalahpahaman) akibat
perbedaan worldview, seperti
peristiwa di Listra (Kis. 14:8-18).
Oleh sebab itu dalam kesempatan
penginjilan yang lainnya Paulus masuk melalui worldview daerah setempat.
Worldview
adalah pandang semesta/ dunia, atau asumsi apa
yang mendasari, atau tindakan yang mendasari sebuah kebudayaan. Sebagai contohnya ialah dalam Kis.17 dalam peristiwa di Athena. Langkah pertama yang dilakukannya ialah menyelidiki worldview orang-orang Athena. Hal ini ditunjukan dalam ayat 17 yaitu dengan cara bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi, orang-orang yang takut akan Tuhan, serta orang-orang dipasar yang dijumpainya. Selain itu dalam ayat yang ke 23 dikatakan bahwa ia berjalan-jalan di kota itu dan melihat-lihat barang pujaan orang Athena. Dan ia menemukan worldview yang mendasari tindakan ibadah
orang-orang Athena yatiu tulisa pada mezbah persembahan
mereka yang berbunyi, “ Kepada Allah yang tidak
dikenal.” Dari bunyi tulisan ini Paulus menemukan cara untuk masuk kepada penginjilan. Ia berkata kepada orang Athena bahwa Allah yang tidak mereka kenal itu adalah Allah yang ia beritakan. Allah yang menciptakan segala sesuatu dan memberi hidup kepada semua orang (ayat 24-25). Ini menunjukan bahwa Allah yang Paulus beritakan adalah Allah yang menciptakan orang Athena juga. Kemudian sampai kepada inti Injil yaitu Yesus yang mati dan bangkit (ayat 31).
6.
DalamKis.17:28 Paulus bertolak
dari prinsip-prinsip Stoa serta mengutip
penyair-penyair Yunani. Paulus disini tidak hanya mengundang
perhatian dan simpati, tetapi perhatian untuk kesamaan antara pandangan dunia filsafat popular dan agama Kristen juga membantu membuka Injil kepada orang yang tidak terbiasa dengan Alkitab Yahudi. Sementara ia menggunakan bahasa Stoa, pantheisme Stoa yang impersonal sudah di alihkan menjadi monotheisme yang personal.
- Paulus berlaku
sebagai orang Yahudi ketika menginjili orang Yahudi (1 Kor.9:19-20). Ini berarti, Paulus hidup mengikuti
budaya orang Yahudi. Tujuannya adalah
untuk memenangkan orang Yahudi. Tetapi dalam
hal ini Paulus tidak kehilangan integritas dan tidak mengikuti hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Dengan berlaku seperti orang Yahudi, ia
berharap dapat diterima atau dapat masuk dalam
lingkup orang Yahudi, dan ddengan
demikian ia dapat leluasa memberitakan Injil
Kristus.
BAB IV
TEOLOGI MIS PAULUS DAN
PELAYANAN MISI PAULUS TERHADAP RELEVANSINYA SAAT INI.
IV.1. TEOLOGI MISI PAULUS
a.
Menaklukkan
Keangkuhan Pada Diri Orang Percaya
Salah satu
sifat buruk yang tidak seorang pun di muka bumi ini bisa lolos darinya setiap
orang di dunia ini benci ketika mereka melihat sifat ini pada orang lain, namun
hampir tidak seorang pun diantara mereka merasa bersalah karena memiliki sifat
ini, kecuali orang Kristen. Sifat buruk yang dimaksudkan adalah sifat “ KEANGKUHAN
“.
Karakter
atau Esensi keangkuhan adalah persaingan. Ia tidak senang hanya memiliki
sesuatu, sebab ia ingin memiliki lebih banyak dari yang orang lain miliki. Kita
menyebut seseorang angkuh dikarenakan orang tersebut kaya, pandai, atau cantik,
padahal bukan itu alasannya. Seorang dikatakan angkuh karena ia lebih kaya,
lebih pandai, atau lebih rupawan daripada orang lain Perbandinganlah yang
menyebabkan seseorang menjadi angkuh. Dari keangkuhan ini melahirkan
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, ambisi yang egois, percideraan,
roh pemecah, dan kedengkian. ( Galatia 5 : 20-21).
b. Keangkuhan
selalu berarti perseteruan.
Paulus Direndahkan Paulus si Farisi, tekun melayani
Allah seperti orang lain (Kis.22:3). Warisan religius dan prestasinya menjadi
hal yang memupuk keangkuhannya. Seperti yang dikenang Paulus didalam Filipi 3 :
4 – 6, ia termasuk kaum pilihan Allah, berasal dari keluarga yang berbicara
dengan bahasa kuno (“Ibraninya Ibrani”), dan termasuk golongan Farisi. Semua
ini bisa menjadi alasan untuk bermegah. Berdasarkan standar hukum Musa,
perilakunya tidak bercela, kebenarannya dalam mentaati Taurat murni, tidak
pura-pura atau khayalan. Tetapi semua ini menjadikan pencobaan keangkuhan
semakin kuat, karena adanya perbuatan-perbuatan baik yang otentik itulah
sehingga seseorang paling tergoda untuk berbangga. Dosanya tidak terletak pada
perbuataannya, tetapi pada keangkuhannya Filipi pasal 3 menunjukkan sifat
bersaing dari keangkuhan itu. Jika ada orang berpikir dapat menaruh kepercayaan
pada hal-hal lahiriah, aku punya lebih banyak ( Filipi 3 : 4 ).
Paulus
termasuk bangsa Israel , bukan bangsa rendahan. Berbeda dari beberapa keluarga
Yahudi lainnya, Keluarganya berkomunikasi dengan bahasa Ibrani. Berbeda dengan
mayoritas bangsanya, ia hidup menurut sekte garis keras dalam agama kita (
Kisah para rasul 26 : 5 ; bandingkan dengan filipi 3 : 6b). Dan bahkan
dikalangan Farisi pun Paulus unggul.
Keangkuhan
Paulus hancur saat ia berjumpa dengan Yesus Kristus dalam perjalanan ke
Damsyik. Dampak kemuliaan Kristus betul-betul membawanya dalam kerendahan.
Kebanggaan yang pernah ia nikmati pada masa lalu ambruk saat kekecewaan melanda
dengan hebat. Perlawanannya terhadap Yesus dan jemaat-Nya, yang tadinya salah
satu sumber utama keangkuhannya, kini terlihat sebagai serangan terhadap Allah
yang kehormatan-Nya disangkanya sedang ia bela. Dan yang sangat mengejutkan
bagi Paulus adalah setelah sadar siapa yang ia jumpai, bahwa Kristus datang
bukan untuk menghancurkannya. Saat menyingkapkan kemuliaan-Nya, Kristus turun
untuk mencurahkan anugerah-Nya. ( 1 Kor. 15 : 8-10 ; Gal. 1 : 13-16 ; 1 Tim. 1
: 13-17 ).
Kesadaran
membawa kepada penyangkalan diri. Tetapi apa yang dahulu adalah keuntungan
bagiku, sekarang kuanggap rugi demi Kristus. Terlebih lagi, aku menganggap
segala sesuatu kerugian dibandingkan pengenalan yang jauh lebih mulia tentang
Kristus Yesus, Tuhanku yang untuk-Nya aku telah melepaskan segala sesuatu.
Paulus tidak sedang memikirkan dosa-dosanya , tetapi hal-hal yang tadinya
merupakan keuntungan baginya, bukan pelanggaran hukum , melainkan ketaatannya
yang serius terhadap hukum Taurat. Kecuali dalam hal menganiaya jemaat Tuhan,
warisan Paulus sungguh terhormat. Tetapi setelah ia mengerti, bahayanya justru
terletak disini : semakin mulia garis keturunan seseorang dan semakin tinggi
prestasi yang dicapai, semakin hebat pencobaan untuk bermegah. Paulus tidak
mengingkari keturunannya atau meremehkan prestasi yang telah dicapainya, tetapi
ia meninggalkan semua itu demi Kristus. Apa yang dulunya dianggapnya
keuntungan, sekarang disebutnya “ skubala “ ( sampah ), bahkan kotoran
hewan. Untuk menyatakan perubahan reaksinya terhadap akibat dari hal-hal
terhadap dirinya, dan sifat radikal dari pertobatannya.
Kesadaran
Paulus atas rasa bersalahnya sebagai penganiaya jemaat tidak membuatnya
terperangkap dalam sikap mengasihani diri sendiri, demikian pula penolakannya
terhadap masa lalunya tidak membuatnya beku dan tidak bekerja. Sebaliknya
anugerah yang menghancurkan keangkuhannya telah memperbaharui dan mengarahkan
semangat pelayanannya (1 Kor. 15 :9-10 ). “ Duri dalam daging “ yang menahan
Paulus dari memuliakan diri sendiri karena pengalaman sorga yang luar biasa ( 2
Kor. 12 : 7 ), menjadi sarana dimana anugerah kuasa Kristus disalurkan dalam
hidupnya. Berdasarkan pengalamannya, Paulus menyurati jemaat. Suratnya yang
pilu menunjukkan keangkuhan yang luluh pada saat pertobatan ternyata masih
sulit ditaklukkan, dan memperoleh kesempatan baru untuk menyatakan diri
diantara orang Kristen. Bagaimana keangkuhan itu menampilkan diri, dan
bagaimana cara Paulus mengatasinya ? Empat surat Paulus mengandung pengajaran
tentang ini.
c. Konfrontasi Keangkuhan Dalam Surat Galatia
Tidak ada
orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada budak atau orang merdeka, tidak ada
laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu didalam Kristus (
Galatia 3 : 28 ). Diluar Kristus, setiap faktor dapat menimbulkan keangkuhan.
Di surat Galatia, Paulus memperingatkan mereka, khususnya untuk menyerang
superioritas bangsa Yahudi terhadap orang non-Yahudi. Paulus melakukan hal ini
secara prinsip dengan menyoroti keberhasilan Kristus, khususnya dalam
kematian-Nya : “ Sekali-kali aku tidak mau bermegah dalam hal apapun, kecuali
salib Tuhan kita Yesus Krsitus.“ (Galatia 6 : 14). Melalui peristiwa salib,
Allah membenarkan orang-orang non Yahudi untuk menggenapkan perjanjian-Nya
dengan Abraham. Saat dipersatukan dengan Kristus, orang-orang non Yahudi telah
menjadi anak-anak Abraham : “ Jikalau kamu adalah milik Kristus, kamu juga
adalah keturunan Abraham, pewaris janji-Nya “.Demikianlah superioritas yang
dimiliki oleh kaum Yahudi. Satu-satunya cara agar orang Yahudi diterima Allah
tidak berbeda dari orang non Yahudi adalah dengan pada Kristus Yesus yang
disalib. Semua asal usul dan keberhasilan yang sering dibanggakan adalah
percuma.
Iman
menyatakan diri dalam kasih, “ Sebab seluruh Hukum Taurat teringkas dalam satu
perintah yakni Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kasih serta
kualitas lain yang Allah berikan atau tumbuhkan dalam diri orang beriman
bertujuan untuk melawan perbuatan-perbuatan daging, yaitu kebencian,
perselisihan, iri hati, ambisi diri, pertikaian, perpecahan, dan kedengkian yang
menunjukkan dosa keangkuhan yang mendasar.
d. Konfrontasi Keangkuhan Dalam Surat 1 Korintus
Perpecahan
yang terjadi di jemaat korintus menunjukkan keangkuhan pada tingkat tertinggi.
Semua partisan memegahkan golongan. Setiap golongan mencela golongan yang lain.
“ Kami lebih baik dari kamu “. Keangkuhan setiap anggota bergabung dengan
keangkuhan anggota lain, dan menghasilkan kumpulan keangkuhan yang bahayanya
jauh melampaui keangkuhan masing-masing. Masalah relasi semakin diperburuk oleh
mereka yang menyebut diri “ teleioi “ ( yang matang atau yang sempurna ).
Mereka menganggap diri pantas menerima misteri rohani dan memperoleh privilese,
sehingga mereka lebih tinggi daripada yang lain. Mereka disebut rohani,
sedangkan kaum awam hanya disebut duniawi.
Ditengah-tengah respon Paulus kepada
jemaat di korintus, terpancang “ salib Kristus “. Oleh pemberitaan Kristus yang
disalibkan, ( 1 Korintus 1 : 18-25 ), Allah merendahkan hikmat zaman ini, yang
dengan berbagai cara mempropagandakan bahwa keberhasilan manusia semata-mata
demi kemuliaannya. Sebaliknya kata Paulus keutuhan atau keselamatan manusia
adalah prestasi Allah demi kemuliaan Allah . Dalam hikmat-Nya, Allah menetapkan
cara keselamatan yang akan membongkar keangkuhan manusia , baik orang Yahudi
maupun orang Yunani.
Bagi mereka
yang menyombongkan kuasa ( Orang Yahudi mencari tanda ) dan pemahaman ( orang
Yunani mencari hikmat ), salib tampak begitu lemah dan memalukan. Tetapi
penilaian ini justru membuktikan kebutaan penafsirnya. Kristus yang tersalib sesungguhnya
adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah . Kegagalan seseorang menelaah hal ini,
menunjukkan Allah menyembunyikan kebenaran itu dari mereka yang bersikeras
memakai standar zaman ini.
Langkah awal
dalam menaklukkan keangkuhan , dan bukti awal akan hikmat yang sejati adalah
dengan mengakui bahwa diri kita adalah orang yang angkuh dan bahwa seluruh
sistem pemikiran ( hikmat zaman ini adalah manifestasinya ), yang telah
menumbuhkan keangkuhan dan menyediakan dasar persaingan , adalah tipuan palsu,
konyol , dan menuju kepada kehancuran. Dengan kata lain, memahami apa yang
telah terjadi pada salib berarti menghilangkan peluang untuk bermegah , kecuali
bermegah didalam Tuhan Yesus kristus.
Untuk mengetahui kekuatan dan hikmat
Allah dalam salib, kita perlu pencerahan roh Allah. Roh tidak akan membawa kita
melewati salib, tetapi justru semakin masuk kedalamnya. Arti peristiwa yang
terluput bahkan dari para ahli dan filsuf zaman ini dan para penguasa zaman
ini, Allah singkapkan melalui Roh-Nya. Tujuannya adalah agar kita mengerti apa
yang Allah karuniakan kepada kita, yaitu hikmat, kebenaran, kekudusan, dan
penebusan yang berada dalam Kristus Yesus yang tersalib. Bagaimana kita harus
merespon ajaran Paulus tentang salib dan Roh, agar keangkuhan kita bisa dikalahkan
secara efektif dan akibat sampingnya yang berbahaya bisa dicegah?
- Pertama, kita perlu menerima pengajaran Allah.
Langkah awal
untuk itu adalah dengan membuang semua pengajaran yang dulunya kita andalkan,
beberapa versi dari hikmat zaman ini. Kita harus kembali menjadi orang bodoh,
dan tidak berarti, karena orang-orang seperti ini, yang bodoh, lemah, rendah,
hina, dan tidak berarti yang Allah panggil melalui petunjuk Roh. Hanya orang
yang tidak berarti yang sadar bahwa dirinya tidak berarti yang bisa menerima
berita bahwa keselamatan adalah sepenuhnya karya Kristus, dan demi kemuliaan
kristus semata.
- Kedua , Paulus mendorong jemaat agar menerima
karunia Allah. Karunia pertama ajaran rasul itu sendiri. Kepada mereka
yang rela menjadi bodoh, Allah mengaruniakan pengetahuan sejati (gnosis)
dan Roh-Nya. Orang beriman kini bisa memahami apa yang Allah karuniakan
secara Cuma-Cuma kepada kita menurut anugerah-Nya baik dalam Kristus
maupun dalam Roh, untuk masuk kedalam kehidupan dan memelihar kehidupan
itu.
Akhirnya ,
Paulus menasihati jemaat di Korintus untuk saling mengasihi. Lakukanlah segala
pekerjaanmu dalam kasih , ilah keangkuhan adalah dosa utama yang daripadanya
dosa-dosa lain terpancar, kasih adalah kebajikan kristiani yang teragung, yang
sangat penting untuk menaklukkan keangkuhan. Pengetahuan meninggikan diri,
tetapi kasih membangun. Kasih terbukti menjadi motivasi terkuat yang mendorong
seseorang untuk menggunakan karunia-karunia rohaninya demi melayani orang lain.
Ketika seseorang sadar bahwa dasar keangkuhan manusia telah dirobohkan dan
semua yang kita perlukan untuk hidup adalah karya dan karunia Allah, saat
seseorang mulai mengalami sukacita sebagai karunia Roh yang disediakan bagi
mereka yang telah dibebaskan dari kompetisi keangkuhan, kedalam pelayanan demi
kepentingan bersama seluruh tubuh, dan saat seseorang menyaksikan penaklukan
keanggkuhan oleh kuasa kasih Allah, maka hasilnya adalah ibadah : Barangsiapa
yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Digenggam Allah merupakan
satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan mabuk diri akibat keangkuhan.
e. Konfrontasi Keangkuhan Dalam Surat Filipi
Disurat
Filipi, keangkuhan bekerja diantara kelompok pemberita dan penerima injil.
Dicatat tentang dua kelompok yang memberitakan Kristus, namun demikian sebagian
melakukannya demi ambisi diri. Karena itu tidaklah heran bila kedengkian dan
persaingan mereka terpicu oleh lebih efektifnya golongan yang lebih dekat
dengan Paulus, sehingga mereka berusaha menyusahkan dan menjatuhkan Paulus dan
pengikutnya, dan dengan demikian akan memenuhi ambisi mereka menjadi yang
paling teratas. Yang paling tragis adalah mereka memberitakan kristus dengan
motif yang keliru, mereka bukannya melayani dan meninggikan Kristus Yesus,
tetapi justru memanfaatkan-Nya untuk meninggikan diri.
Kerendahan
hati dalam inkarnasi dan pelayanan Yesus kristus tampak paling nyata diatas
salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia ditempat tertinggi yang Ia
duduki sebelumnya. Sebagai Dia yang merendahkan diri, Kristus ditinggikan,
kerendahan hati-Nya adalah kemuliaan-Nya. Nama diatas segala nama adalah Kyrios
(Tuhan) yang mewakili Yahweh, nama pribadi dari Allah kovenan Israel. Kehidupan
Paulus sendiri adalah teladan. Kasihnya kepada jemaat Filipi merembes dalam
seluruh suratnya. Ia mengorbankan kepentingannya demi mereka
Dalam terang
kerendahan hati ini, Paulus menghimbau jemaat Filipi , janganlah melakukan
apapun dari kepentingan sendiri, atau puji-pujian yang sia-sia, melainkan
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih baik
daripada dirinya, maksudnya lakukan apa yang layak bagi seorang budak dan
tempatkan diri dibawah mereka, posisi dimana seseorang lebih siap melayani
orang lain. Ingatlah apa yang lebih memacu kita untuk bersikap rendah hati
dengan gentar dan takut kecuali saat kita sadar bahwa Dia yang mahatinggi dan
agung rela merendahkan diri untuk tinggal dalam hati kita ( Yesaya 57 : 15 ).
f. Konfrontasi keangkuhan dalam surat roma.
Roma 12 : 1
sampai dengan Roma 15 : 13 menyoroti kondisi jemaat Roma, meski tidak hanya
itu. Roma 14 : 1 sampai Roma 15 : 6 secara khusus merefleksikan keprihatinan
Paulus terhadap krisis yang serius dalam jemaat Roma. Disini ia menanggapi
konflik antara yang lemah dan yang kuat, yaitu perpecahan antara kristen Yahudi
dan Kristen non Yahudi hingga tingkat yang cukup parah. Kedua golongan ini
sedang bertikai soal hukum Perjanjain Lama tentang makanan dan hari-hari
khusus. Kini keangkuhan mendapat peluang. Masing-masing golongan menempatkan
diri lebih tinggi dari golongan lain, mereka yang makan segala jenis makanan
mencemooh mereka yang tidak makan, mereka yang tidak makan menghakimi mereka
yang makan. Tindakan saling menuduh ini didasarkan pada anggapan bahwa sang
hakim menduduki tempat yang lebih tinggi.
Pemikiran
yang benar juga berarti menyadari bahwa keangkuhan merupakan dosa yang
daripadanya semua dosa lain bersumber. Perintah didalam Roma 12 : 3 merupakan
rubik bagi seluruh pembahasan. Semua yang Paulus bahas tentang kehidupan jemaat
akan menjadi sia-sia jika dosa keangkuhan yang menjadi dasarnya tidak
dipaparkan. Selain itu berpikir sewajarnya juga menyadari bahwa keangkuhan
mengancam setiap anggota jemaat. Paulus menasihatkan semua pembacanya supaya
Jangan Angkuh. Di surat Roma, seperti diketiga surat lainnya, tindakan dasar
untuk melawan keangkuhan adalah saling mengasihi. Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Kasih tidak berbuat curang terhadap sesamanya, kasih
tidak melenyapkan atau mengabaikan perbedaan antara yang kuat dan lemah, tetapi
kasih justru muncul paling kuat tepat dihadapan perbedaan-perbedaan itu.
II.2. PELAYANAN RASUL PAULUS TERHADAP RELEVANSINYA
SAAT INI.
Pelayanan Paulus saat ini sangat terpangaruh dengan
gereja dan memang pelayanan ini sangat diterapkan dalam pelayanan gereja masa
kini, terlebih dahulu yang harus diketahui adalah dasar dari pelayanan Paulus
itu dari Gereja. Gereja masa kini banyak yang tidak mengerti mengapa gereja itu
dijadikan tempat untuk beribadah dan harus menjadi bagian dari pelayanan dan
tempat pelayanan untuk memuliakan nama Tuhan, untuk lebih jelasnya kita harus
mengenal gereja sehingga dengan mengenal gereja dapat mengerti bahwa gereja
adalah tempat untuk menopang kebenaran.
Gereja
adalah penopang kebenaran. Apakah gereja itu? Banyak orang terpaku kepada pendapat
bahwa gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah meninggalkan kepedulian
terhadap kehidupan duniawi karena sedang menyiapkan diri untuk masuk surga.
Gereja sering pula dianggap sebagai tempat berhimpunnya orang-orang yang telah
mengambil keputusan untuk meninggalkan arena perjuangan dunia ini karena tidak
sanggup lagi menghadapi kejamnya dan kerasnya persaingan hidup. Ada pula
sebagian orang yang menganggap gereja sebagai pelarian atau tempat mencari
“suaka kehidupan” dari orang-orang yang tidak mempunyai pilihan lain.
Alkitab
mengajarkan dengan jelas tentang pentingnya gereja. Itu bukan sebuah pilihan;
itu adalah komponen penting dalam rencana keselamatan. Jadi, tidak heran bahwa,
sebagaimana tersingkap dari peperangan besar itu, Setan bekerja sedemikian
keras untuk menentangnya, khususnya karena gereja adalah sarana yang penting
oleh mana orang-orang berdosa di bawah ke dalam hubungan dengan keselamatan
yang ditawarkan Allah. Gereja, tulis rasul Paulus, adalah ‘keluarga Allah’
bahkan ‘tiang penopang dan dasar kebenaran’ (1Tim. 3:15). Gereja bukan sesuatu
penemuan manusia; itu diciptakan oleh Allah untuk maksud-maksud membawa
orang-orang berdosa yang bersalah itu ke dalam suatu hubungan yang
menyelamatkan dengan Dia”
Gereja
bukan dasar dari kebenaran, tetapi gereja adalah pilar yang menopang kebenaran
itu agar dilihat oleh dunia. Jadi, oleh karena gereja adalah pilar yang
menopang kebenaran, maka gereja yang tidak mempunyai kebenaran tidak dapat
disebut sebagai gereja. Atau, kalau sebuah gereja tidak memiliki kebenaran
“yang benar” maka apa yang ditopangnya adalah “kebenaran palsu” atau
“kebenaran” menurut pandangan pribadi segelintir manusia saja. Gereja” adalah
manusianya. Di seluruh Perjanjian Baru, penggunaan kata “gereja” selalu merujuk
kepada manusianya, yaitu jemaah. Tetapi peradaban moderen telah menggiring
makna gereja kepada pengertian yang bukan lagi sekadar orang-orang, tetapi
sudah melebar kepada pemahaman yang lebih sekunder seperti sebagai sebuah
bangunan atau suatu organisasi
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam bagian
pertama menjelaskan tentang latar belakang Paulus dimana dia berasal sehingga
dia menjadi orang yang dipanggil Tuhan dalam pelayanannya dan menjadi penginjil
yang luar biasa. Inilah latar belakang Paulus diterapkan dibawah ini:
1. Rasul Paulus
dilahirkan di Tarsus, sebuah kota metropolis Romawi, propinsi Kilikia (Kis
22:3). Tarsus, di sisi utara, melalui gerbang Kilikia, tergabung dengan budaya
Asia Kecil; sedangkan di sisi timur melalui gerbang Syria berhubungan dengan
negara-negara Asia, dan di sisi selatan dengan daerah Mediterania. Maka
disimpulkan Paulus dilahirkan setelah Kristus, di antara 3-10 AD. Rasul Paulus
dilahirkan oleh orang tua berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1;
Flp 3:5). Menurut Hieronimus, orang tua Rasul Paulus bermigrasi ke Tarsus dari
Palestina, namun tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Mereka
kemungkinan adalah orang-orang yang cukup berada, sebab mereka dapat memberikan
pendidikan yang baik kepada Rasul Paulus.
2. Rasul Paulus
menerima bahwa ia dipanggil secara khusus oleh Tuhan dan memperoleh rahmat-Nya
dalam keadaan yang tidak layak. Panggilan Tuhan Yesus atasnya terjadi dalam
perjalanannya ke Damaskus (Damsyik). Sebelum ke Damaskus, ia memberikan diri
sepenuhnya kepada hukum Taurat, dan setelah peristiwa Damaskus, ia memberikan
sepenuhnya kepada Kristus. Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga kali (Kis
9:1-9, 22:6-16, 26:12-18). Rasul Paulus dapat menerapkan perkataan Allah kepada
Nabi Yeremia di dalam kehidupannya sendiri, “Sebelum Aku membentuk engkau di
rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, sebelum engkau dilahirkan Aku telah
menentukan engkau, sebagai nabi bagi bangsa- bangsa yang Kutunjukkan kepadamu.”
(Yer 1:5). Apa yang dulu ia pikir berharga, kemudian ia anggap rugi (lih. Flp
3:7-8) jika dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus.
Dalam Bab II tentang Peta Perjalan Misi Rasul
Paulus yaitu:
Paulus adalah pilihan Allah untuk mewartakan
kasih karuniaNya kepada semua orang (Gal 1:15). Suatu yang menakjubkan bahwa
seorang Saulus yang tadinya penganiaya pengikut Kristus, sekarang dengan
semangat bergelora mau mewartakan Kristus. Perjalanan misi Paulus bukanlah
sesuatu yang mudah, tetapi dia berani mengambil resiko untuk menderita,
menghadapi tantangan untuk Kristus. sekitar tahun 45 dan 49 (lihat
Kis 13:1-14:28). Dalam pimpinan Roh kudus Paulus bersama Barnabas dan Markus
berangkat melaksanakan misi ini. (Kis 12:24-13:3) Mereka mengunjungi pulau
Siprus daerah kelahiran Barnabas (Kis 13: 4-12).
Dalam perjalanan misi ini, Paulus menjelajahi daerah Likaonia,
Pisidia, Galatia, Makedonia (Filipi dan Tesalonika), Atena dan Korintus. Di
Listra seorang murid Paulus bernama Timotius bergabung dengan Paulus. Pewartaan
pada misi kedua ini berjalan dengan baik, banyak orang yang percaya dan
dibabtis, tetapi mereka juga banyak mengalami tantangan dan derita yang tak
kalah hebatnya. Misalnya di Filipi banyak orang non-Yahudi yang percaya dan
dibabtis, termasuk Lidia.
Antara tahun 53 dan 58. (Kis 18:24-21:26). Dalam perjalanan misi
ketiga ini, Paulus ingin ke Yerusalem. Walaupun ada yang melarang Paulus untuk
pergi karena hidupnya terancam, tetapi Paulus tetap ingin pergi. Paulus
berangkat dari Antiokia dan pergi lagi ke Asia kecil, menuju Efesus.
Strategi yang dilakukan oleh Paulus.
1.
Paulus sadar bahwa ia
hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa
perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala
penderitaanyang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai "bejana tanah
liat" hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri (2Korintus
4:7).
2.
Tetapi Paulus juga
seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak
pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas
pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil
keputusan.
3.
Paulus merupakan
seorang penginjil penjelajah tapi Ia dapat saja menghabiskan
waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah
yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-
daerah terpencil.
4.
Paulus memanfaatkan
jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah
kekaisaran mereka.
Dalam Bab IV disimpulkan bahwa:
a. Menaklukkan
Keangkuhan Pada Diri Orang Percaya
b. Keangkuhan
adalah perseteruan
c. Konfrotasi
keangkuhan dala surat Korintus
d. Keangkuhan
dalam surat Roma
e. Keangkuhan
dalam surat Galatia. Dll.
Dalam
Bab V adalah kesempulan dari keseluruhan Bab I, II, III dan Bab IV. Sehingga
pembaca dapat melihat yang sudah ditulis dari atas semua inti sari dalam
makalah ini.
b. Saran
Harapan
penulis dalam makalah ini supaya dikomentar setiap kata kalimat yang tidak
berkesinambungan dan untuk diperbaikin, dan biarlah makalah ini menjadi berkat
bagi kita semua yang membaca makalah ini sehingga dapat menambahkan ilmu bagi
para pembaca. Jika banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon maaf
sebesar-besarnya. Andai kata tidak ada manusia yang sempurna mari kita memahami
bersama. Tuhan Yesus Memberkati.
DAFTAR PUSTAKA.
1.
Laur,
Gebhard M Heyder a. S., Paul of Tarsus, translated by Herman Mueller,
SVD, (Manila: Logos Publication, 1994),
7-8
2.
Eusebius,
History of the Church, Book II,
25).
3.
Montague, George T. The Living Thought of St. Paul, Second
Edition, Encino, CA: Benzinger, 1976.
4.
J.I Packer, Merrill C. Pelayanan Rasul Paulus Dan Surat-Surat Rasul
Paulus. Gandum Mas, Malang, 1993
5.
John
Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 344
– 345)
6.
John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996,
Halaman : 344 – 345
7.
Tom
Jacobs, RASUL PAULUS, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984
8.
D.
W. Eliss, Metode
Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, TT) hlm. 132.
9.
Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru:
Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media
Informasi.
. Laur, Gebhard M Heyder a. S., Paul
of Tarsus, translated by Herman Mueller, SVD, (Manila: Logos Publication,
1994), 7-8
Eusebius, History of the Church, Book II, 25).
John Drane,
MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 344 – 345)
D. W. Eliss,
Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, TT) hlm. 132.