Selasa, 25 Maret 2014

RASUL PAULUS ANG MISIONARIS


NAMA: ELIYONA BAENE
ASAL NIAS SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kisah Para Rasul 21:39; 22:3; 22:27-28; 9:3-20
A.    Latar Belakang
Rasul Paulus dikenal sebagai Rasul yang dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain/ non- Yahudi (Rom 11:13, 15:16; Gal 1:16, Kis 26:20) dan dengan demikian menjadi jembatan antara bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain. Untuk tugas ini, Tuhan telah mempersiapkan Rasul Paulus sejak awal, sebab ia menerima pendidikan yang baik, baik dalam kalangan Yahudi maupun di kalangan Yunani. Demikianlah keterangan sekilas tentang Rasul Paulus dari latar belakang Yahudinya:
A.1. Kelahiran:
Rasul Paulus dilahirkan di Tarsus, sebuah kota metropolis Romawi, propinsi Kilikia (Kis 22:3). Tarsus, di sisi utara, melalui gerbang Kilikia, tergabung dengan budaya Asia Kecil; sedangkan di sisi timur melalui gerbang Syria berhubungan dengan negara-negara Asia, dan di sisi selatan dengan daerah Mediterania. Di saat Stefanus dibunuh sebagai martir -kemungkinan di tahun yang sama dengan tahun Kristus wafat- Saulus dijabarkan sebagai seorang pemuda (Kis 7:57). Maka disimpulkan Paulus dilahirkan setelah Kristus, di antara 3-10 AD. Rasul Paulus dilahirkan oleh orang tua berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). Menurut Hieronimus, orang tua Rasul Paulus bermigrasi ke Tarsus dari Palestina, namun tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Mereka kemungkinan adalah orang-orang yang cukup berada, sebab mereka dapat memberikan pendidikan yang baik kepada Rasul Paulus.
A.2. Pendidikan secara Yahudi
Pendidikan bahasa Yahudi dipromosikan oleh Joshua ben Gamala, namun kita tidak dapat mengetahui dengan pasti, apakah Rasul Paulus menjadi murid di sekolah ini, ataukah menerima pendidikan dasar dari ayahnya, sebagaimana yang umum terjadi pada kebanyakan anak-anak Yahudi. Pendidikan lanjutan (semacam SMP) telah ada di tengah-tengah kaum Yahudi, sejak tahun 75 BC, yang didirikan oleh Simon ben Shetah.  Paulus menerima pendidikan yang lebih tinggi yang ada di kalangan Yahudi sejak zaman Nabi Ezra, sejak tahun 450 BC. Karena menerima pendidikan tinggi ini, dikatakan dalam Kisah para Rasul bahwa Rasul Paulus dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel  (Kis 22:3).
A.3. Latar belakang pendidikan secara Yunani:
Kita tak dapat mengetahui dengan pasti apakah Paulus pernah menempuh pendidikan Yunani secara formal di sekolah Yunani, ataukah ia mempelajari bahasa Yunani melalui kehidupan di tengah-tengah bangsa Yunani. Dari beberapa kutipan sastra Yunani dalam Kisah Para Rasul tentang Areopagus di Athena, menunjukkan kutipan-kutipan yang sering digunakan dalam masyarakat. “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak dan kita ada” (Kis 17:28) berasal dari perkataan Epimedes dari Kreta (550-449 BC), atau kelanjutannya: “Sebab kita semua adalah keturunan Allah juga.” (Kis 17:28), adalah dari Aratus (310-240 BC) atau Cleanthes (320-230 BC). Oleh karena itu pakar teologi, Fernand Prat SJ, berpendapat bahwa bahasa Yunani Rasul Paulus diperolehnya bukan dari sekolah, namun dari permbicaraan sehari-hari.
Namun jika kita melihat gaya penulisan Yunani dalam surat-suratnya sebagai yang tulisan yang terindah dalam kitab Perjanjian Baru, yang juga memasukkan ekspresi-ekspresi yang jarang digunakan, maka kita cenderung percaya bahwa Rasul Paulus telah menerima pendidikan bahasa Yunani secara formal. Pandangan ini dipegang oleh Frederick William Farrar.
A.4. Panggilan rahmat
Namun di atas panggilannya sebagai jembatan kaum Yahudi dan Yunani, pertama-tama Rasul Paulus menerima bahwa ia dipanggil secara khusus oleh Tuhan dan memperoleh rahmat-Nya dalam keadaan yang tidak layak. Panggilan Tuhan Yesus atasnya terjadi dalam perjalanannya ke Damaskus (Damsyik). Sebelum ke Damaskus, ia memberikan diri sepenuhnya kepada hukum Taurat, dan setelah peristiwa Damaskus, ia memberikan sepenuhnya kepada Kristus. Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga kali (Kis 9:1-9, 22:6-16, 26:12-18). Rasul Paulus dapat menerapkan perkataan Allah kepada Nabi Yeremia di dalam kehidupannya sendiri, “Sebelum Aku membentuk engkau di rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, sebelum engkau dilahirkan Aku telah menentukan engkau, sebagai nabi bagi bangsa- bangsa yang Kutunjukkan kepadamu.” (Yer 1:5). Apa yang dulu ia pikir berharga, kemudian ia anggap rugi (lih. Flp 3:7-8) jika dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus.
Fr. Fernand Prat SJ menuliskan empat acuan ayat yang sangat penting, agar kita dapat memahami keotentikan pengalaman Rasul Paulus pada saat pertobatannya, yaitu justru karena sebelumnya ia adalah seorang Yahudi yang sangat taat dan yang karena ketaatannya itu ia menganiaya jemaat Allah, sebab ia berpikir bahwa dengan melakukannya ia berbuat sesuatu yang benar menurut hukum taurat: “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.” (Gal 1:13-14) “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1Kor 15:9), aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” (1Tim 1:13)” tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:5-6).
Seseorang yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya, dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa, yang kita kenal dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Rasul Paulus, dan karena pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga dapat menjadi ungkapan hati kita semua yang mengimani Kristus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20).[1]



A.5. Menerima mahkota di Sorga
Tradisi Gereja mencatat kematian Rasul Paulus di sekitar tahun 64-67, sebagaimana dicatat oleh ahli sejarah Gereja, Eusebius. Eusebius mencatat kematian Rasul Petrus dan Paulus di bawah penganiayaan Kaisar Nero. Rasul Petrus wafat dengan disalib terbalik sedangkan Rasul Paulus dengan dipenggal kepalanya.[2]
B.     Tujuan.
Tujuan makalah ini ditulis untuk membuka wawasan bagi para pembaca dalam mengetahui apa yang dilakukan oleh rasul Paulus dalam pelayanannya. Makalah ini penulis memaparkan hal-hal yang harus di dibahas dalam perjalan Rasul Paulus serta ketika dia terjun dalam pelayanannya dari awal. Hal-hal yang perlu pembaca perhatikan sebagai berikut:
1.      Peta perjalanan misi Paulus
2.      Strategi misi Paulus
3.      Metode misi Paulus
4.      Teologi misi Paulus
5.      Tanggapan penulis Terhadap pelayanan misi Paulus dan relevansinya bagi gereja masa kini.








BAB II
PETA DAN INDEKS NAMA TEMPAT PERJALANAN MISI RASUL PAULUS
A. II.1. Peta  Perjalanan Misi Paulus
1. Gaza Filipus berkhotbah tentang Kristus dan membaptis seorang sida-sida Etiopia dalam perjalanannya ke Gaza (Kis. 8:26–39).
2. Yerusalem Lihat peta 12 untuk peristiwa-peristiwa di Yerusalem.
3. Yafo (Yope) Petrus menerima suatu penglihatan bahwa Allah memberikan karunia pertobatan kepada orang-orang bukan Israel (Kis. 10; 11:5–18). Petrus menghidupkan kembali Tabita dari yang mati (Kis. 9:36–42).
4. Samaria Filipus melayani di Samaria (Kis. 8:5–13), serta Petrus dan Yohanes belakangan mengajar di sini (Kis. 8:14–25). Setelah mereka menganugerahkan karunia Roh Kudus, Simon si tukang sihir berupaya untuk membeli karunia ini dari mereka (Kis. 8:9–24).
5. Kaisarea Di sini, setelah seorang malaikat melayani kepada perwira pasukan bernama Kornelius, Petrus memperkenankan dia untuk dibaptis (Kis. 10). Di sini Paulus membuat pembelaannya di hadapan Agripa (Kis. 25–26
6. Damsyik Yesus menampakkan diri kepada Saulus (Kis. 9:1–7). Setelah Ananias memulihkan penglihatan Saulus, Saulus dibaptis dan memulai pelayanannya (Kis. 9:10–27).
7. Antiokhia (di Aram) Di sini para murid pertama kali disebut orang Kristen (Kis. 11:26). Agabus menubuatkan bencana kelaparan (Kis. 11:27–28). Pertengkaran besar timbul di Antiokhia mengenai sunat (Kis. 14:26–28; 15:1–9). Di Antiokhia Paulus memulai misinya yang kedua bersama Silas, Barnabas, dan Yudas Barsabas (Kis. 15:22, 30, 35).
8. Tarsus Kampung halaman Paulus; Paulus dikirim ke sini oleh para Saudara untuk melindungi nyawanya (Kis. 9:29–30).
9. Siprus Setelah dianiaya, sebagian Orang Suci melarikan diri ke pulau ini (Kis. 11:19). Paulus melakukan perjalanan melalui Siprus pada perjalanan misionarisnya yang pertama (Kis. 13:4–5), sebagaimana dilakukan Barnabas dan Markus belakangan (Kis. 15:39).
10. Pafos Paulus mengutuk seorang tukang sihir di sini (Kis. 13:6–11).
11. Derbe Paulus dan Barnabas mengkhotbahkan Injil di kota ini (Kis. 14:6–7, 20–21).
12. Listra Ketika Paulus menyembuhkan orang yang timpang, dia dan Barnabas disambut sebagai dewa. Paulus dirajam dan disangka mati tetapi pulih dan melanjutkan berkhotbah (Kis. 14:6–21). Kediaman dari Timotius (Kis. 16:1–3).
13. Ikonium Pada misi mereka yang pertama, Paulus dan Barnabas berkhotbah di sini serta diancam dengan perajaman (Kis. 13:51–14:7).
14. Laodikia dan Kolose Laodikia adalah salah satu cabang Gereja yang Paulus kunjungi dan terima surat-surat darinya (Kol. 4:16). Itu adalah juga salah satu dari tujuh kota yang tercatat dalam kitab Wahyu (yang lain adalah Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, dan Filadelfia; lihat Why. 1:11). Kolose berada 18 kilometer ke timur Laodikia. Paulus menulis kepada para Orang Suci yang tinggal di sini.
15. Antiokhia (di Pisidia) Pada misi mereka yang pertama, Paulus dan Barnabas mengajari orang-orang Yahudi bahwa Kristus datang dari benih keturunan Daud. Paulus menyampaikan Injil kepada bangsa Israel, kemudian kepada orang-orang bukan Israel. Paulus dan Barnabas dianiaya dan dipaksa keluar (Kis. 13:14–50).
16. Miletus Saat di sini pada misinya yang ketiga, Paulus memperingatkan penatua Gereja bahwa “serigala-serigala yang ganas” akan memasuki kawanan domba (Kis. 20:29–31).
17. Patmos Yohanes adalah tahanan di pulau ini ketika dia menerima penglihatan-penglihatan yang sekarang dimuat dalam kitab Wahyu (Why. 1:9).
18. Efesus Apolos berkhotbah di sini dengan kuasa (Kis. 18:24–28). Paulus, pada misinya yang ketiga, mengajar di Efesus selama dua tahun, menginsafkan banyak orang (Kis. 19:10, 18). Di sini dia menganugerahkan karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan (Kis. 19:1–7) dan melakukan banyak mukjizat, termasuk mengusir roh-roh jahat (Kis. 19:8–21). Di sini penyembah Artemis membangkitkan kegaduhan menentang Paulus (Kis. 19:22–41). Sebagian dari kitab Wahyu disampaikan kepada Gereja di Efesus (Why. 1:11).
19. Troas Saat Paulus berada di sini pada perjalanan misionarisnya yang kedua, dia melihat suatu penglihatan tentang seorang pria di Makedonia meminta pertolongan (Kis. 16:9–12). Saat di sini pada misinya yang ketiga, Paulus menghidupkan kembali Eutikhus dari yang mati (Kis. 20:6–12).
20. Filipi Paulus, Silas, dan Timotius menginsafkan seorang wanita bernama Lidia, mengusir roh jahat, dan dipukuli (Kis. 16:11–23). Mereka menerima pertolongan ilahi untuk meloloskan diri dari tahanan (Kis. 16:23–26).
21. Atena Paulus, saat pada misinya kedua ke Atena, berkhotbah di Areopagus tentang “Allah yang tidak dikenal” (Kis. 17:22–34).
22. Korintus Paulus pergi ke Korintus pada misinya yang kedua, di mana dia tinggal bersama Akwila dan Priskila. Dia berkhotbah di sini dan membaptis banyak orang (Kis. 18:1–18). Dari Korintus, Paulus menulis suratnya kepada orang-orang Roma.
23. Tesalonika Paulus berkhotbah di sini selama perjalanan misionarisnya yang kedua. Rombongan misionarisnya berangkat ke Berea setelah orang-orang Yahudi mengancam keselamatan mereka (Kis. 17:1–10).
24. Berea Paulus, Silas, dan Timotius menemukan jiwa-jiwa yang mulia untuk diajar selama perjalanan misionaris Paulus yang kedua. Orang-orang Yahudi dari Tesalonika mengikuti dan menganiaya mereka (Kis. 17:10–13).
25.Makedonia Paulus mengajar di sini pada perjalanannya yang kedua dan ketiga (Kis. 16:9–40; 19:21). Paulus memuji kemurahan hati para Orang Suci Makedonia, yang memberi kepadanya dan kepada para Orang Suci yang miskin di Yerusalem (Rm. 15:26; 2 Kor. 8:1–5; 11:9).
26. Malta Paulus terdampar di pulau ini pada perjalanannya ke Roma (Kis. 26:32; 27:1, 41–44). Dia tak terluka oleh gigitan ular dan menyembuhkan banyak orang yang sakit di Malta (Kis. 28:1–9).
27. Roma Paulus berkhotbah di sini selama dua tahun di bawah penahanan rumah (Kis. 28:16–31). Dia juga menulis epistel-epistel, atau surat-surat, kepada orang-orang Efesus, Filipi, dan Kolose serta kepada Timotius dan Filemon saat ditahan di Roma. Petrus menulis suratnya yang pertama dari “Babilon,” yang mungkin adalah Roma, segera setelah penganiayaan oleh Nero terhadap orang-orang Kristen pada tahun 64 M. Secara umum dipercayai bahwa Petrus dan Paulus mati syahid di sini.[3]
II.2. Misi Paulus
Paulus adalah pilihan Allah untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada semua orang (Gal 1:15). Suatu yang menakjubkan bahwa seorang Saulus yang tadinya penganiaya pengikut Kristus, sekarang dengan semangat bergelora mau mewartakan Kristus. Perjalanan misi Paulus bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi dia berani mengambil resiko untuk menderita, menghadapi tantangan untuk Kristus. Sebenarnya kenapa dia berani melakukan hal ini? Perjumpaannya dengan Yesus sebenarnya menjadi titik balik dari semuanya. Hidup Paulus mengalami perubahan ketika berjumpa dengan Yesus. 
II.3. Perjumpaan dengan Yesus 
Kita sedikit melihat bagaimana pengalaman perjumpaan Paulus dengan Yesus. Perjumpaan ini terjadi ketika dia dalam perjalanan ke Damsyik. (bdk. Kis 9:10-19a). Peristiwa Damsyik merupakan peristiwa yang selalu dikenang oleh Paulus, bahkan kalau orang menantang kesetiaannya sebagai murid atau pengikut Yesus, dia selalu kembali mengingat pengalaman ini.
Peristiwa Damsyik menjadi titik balik hidup Paulus. Peristiwa ini sering disebut sebagai pertobatan Paulus. Namun pertobatan di sini jangan dimengerti sebagai pertobatan moral artinya setelah melakukan dosa besar, lalu Paulus bertobat. Pertobatan di sini lebih dilihat sebagai perubahan cara pandang atau cara berpikir. Perjumpaan dengan Yesus telah membuka pewahyuan ilahi mengenai keselamatan manusia. Sebagai orang Yahudi, Paulus mengakui bahwa keselamatan diperoleh dengan mentaati hukum Taurat. Namun setelah perjumpaannya dengan Yesus, dia yakin bahwa Yesus Kristus yang bangkit itulah yang mampu menyelamatkan manusia. Manusia diselamatkan bukan karena mentaati hukum Taurat melainkan karena percaya kepada Kristus (Flp 3:9). Inilah pengalaman yang merubah hidup Paulus, yang menjadi titik balik hidupnya.
Pengalaman ini membuat dia dengan berani memilih menjadi pengikut Kristus dan mewartakanNya ke seluruh dunia, bahkan rela menderita untukNya. Kepada jemaat di Filipi dia dengan bangga berkata: “Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus” (Flp 3:8).

Refleksi: Kalau kita sedikit menengok siapakah Paulus sebelum mengenal Kristus, kita pasti tak meragukan segala kehebatannya sebagai orang Yahudi. Kepada umat di Filipi dia katakan:
“…Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:4b-6)
Apa yang kurang dari Paulus? Sebagai orang Yahudi dia memiliki sejumlah keistimewaan yang menjadi alasan bagi dia untuk bermegah. Dia seorang ahli kitab yang brilian dan belajar pada guru yang hebat seperti Gamaliel (Kis 22:3). Dan sebagai orang Farisi dia mengikuti mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi. (Kis 26:5). Dia seorang Yahudi yang sangat fanatik dalam memegang nilai-nilai dasar yang dihayati dalam agama Yahudi. (Bdk. Gal 1:14). Namun setelah dia mengenal Yesus, semuanya itu dianggapnya sampah dan tidak mendatangkan keuntungan baginya.
Dalam diri Paulus terjadi perubahan mutlak dalam cara menilai seluruh dunianya. Yang tadinya dianggapnya penting, sekarang menjadi nol dan tidak penting sama sekali. Yang tadinya tak mungkin dilepaskannya, sekarang menjadi sampah, sebab pengenalan akan Kristus mendapatkan prioritas mutlak dan mampu memenuhi segalanya. Peristiwa Damsyik akhirnya jauh lebih kompleks dari sekedar pertobatan moral biasa atau perubahan mentalitas saja.
Suatu yang jelas bahwa peristiwa ini membuat Paulus berubah, dan di balik itu semua, Allah mempunyai rencana khusus untuk Paulus. Terkadang kita tidak mengerti rencana Allah. Apa yang sebenarnya kita ragukan tetapi Allah bisa melakukannya. Begitulah yang terjadi pada Paulus. Bahkan Paulus sendiri merasa bahwa ketika menerima panggilan ini, dia seperti anak yang lahir sebelum waktunya. (1 Kor 15:8). Di samping itu, dia sebenarnya merasa tak layak sebab seperti yang diakuinya bahwa dia adalah orang paling berdosa dari setiap orang yang berdosa. Tetapi Allah menyatakan pilihanNya kepada orang hina seperti dia. Allah menyatakan kasihNya kepada Paulus, dan bagi dia itu merupakan sebuah kesaksian bagi mereka yang percaya kepada Kristus. (bdk.1 Tim 1:13-16;1 Kor 15:8-9). Paulus kemudian menyadari bahwa dia dipilih Tuhan untuk mewartakan Kristus ke segala bangsa terutama yang bukan Yahudi (bdk. Gal 1:16).

II.4.  Karya Misi Paulus
Perjumpaan Paulus dengan Yesus memiliki implikasi langsung pada keberaniannya untuk menjadi pengikut Kristus dan dengan semangat yang berkobar mau mewartakan Kristus kepada bangsa-bangsa. Suatu kenyataan bahwa Paulus dipilih sebagai alat bagi Allah. Pilihan Allah memang bisa amat mengejutkan bagi jemaat perdana waktu itu, tetapi juga bagi Paulus sendiri. Pengalaman rahmat ini merupakan suatu pembaharuan hidup yang menakjubkan. Paulus menjadi pilihan Allah dan dia ditentukan untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada bangsa-bangsa (bdk. Gal 1:15). Dan untuk menjalankan karya ini, Paulus akan banyak menanggung penderitaan. Tetapi bagi Paulus sendiri menderita demi Injil merupakan kebanggaan baginya, sebab bagi dia salib Kristus itu merupakan suatu kebijaksanaan Allah dalam menampakan kasihNya yang besar ( bdk. 1 Kor 2:1-6).
Perjalanan misi Paulus merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Perjalanan misi Paulus tidaklah semuda sekarang. Dia tidak menggunakan mobil, pesawat, kapal laut yang bagus, tetapi Paulus pergi dengan berjalan kaki atau terkadang berlayar dengan kapal yang tidak sebagus saat ini. Dalam kesempatan ini, kita akan melihat secara sepintas perjalanan misinya. Dalam kisah Para Rasul, Lukas menulis bahwa Paulus mengadakan tiga misi pewartaan Injil.[4]
II.5. Perjalanan misi pertama
sekitar tahun 45 dan 49 (lihat Kis 13:1-14:28). Dalam pimpinan Roh kudus Paulus bersama Barnabas dan Markus berangkat melaksanakan misi ini. (Kis 12:24-13:3) Mereka mengunjungi pulau Siprus daerah kelahiran Barnabas (Kis 13: 4-12). Misi di daerah ini cukup berhasil, bahkan gubernur pulau ini begitu takjub dan percaya akan ajaran Tuhan. (Kis 13:12). Dari Siprus mereka pergi ke Asia kecil bagian selatan, dan akhirnya tiba di Antiokhia yang terletak di wilayah Psidia (Kis 13:13-49). Di sini Markus meninggalkan rombongan karena tidak cocok dengan Paulus. Dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium, Listra dan Derbe yang terletak di pedalaman Pamfilia (Kis 13:50-14:20). Dari Derbe Paulus dan Barnabas kembali ke Asia kecil lagi kepada jemaat-jemaat yang telah mereka bentuk. Dari sana mereka kembali ke Antiokhia. Perjalanan misi ini cukup berhasil. Pewartaan Paulus dan Barnabas diterima dengan baik, walaupun demikian mereka juga meghadapi tantangan-tantangan terutama dari orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya akan pewartaan mereka.
Sebelum melakukan perjalanan misi kedua, Paulus dan Barnabas harus ke Yerusalem (Kis 15:1-34). Mereka menghadap pimpinan jemaat di sana untuk menyelesaikan persoalan yang cukup penting dalam perkembangan jemaat Kristen perdana yaitu mengenai kewajiban orang Kristen non-Yahudi. Bagi orang-orang Kristen Yahudi, setiap orang yang percaya kepada Kristus harus menaati hukum Taurat dan disunat agar memperoleh keselamatan, sementara bagi Paulus mereka harus dibebaskan dari kewajiban menaati hukum Taurat. Karena tidak menemukan titik temu, akhirnya persoalan ini dibawa ke dewan rasuli. Akhirnya, dalam bimbingan Roh kudus pimpinan jemaat Yerusalem memutuskan supaya kepada jemaat Kristen yang berasal dari kalangan non-Yahudi jangan ditanggungkan lebih banyak beban.
II.6. Perjalanan misi kedua,
Antara tahun 49-52 (Kis 15:35-18:23) Perjalanan ini ditandai dengan perselisihan antara Barnabas dan Paulus yang berbuntut pada berpisahnya mereka dalam perjalanan misi selanjutnya. (Kis 15:36-41). Pertikaian antara Paulus dan Barnabas menunjukan bagaimana pada awal kehidupan jemaat perbedaan pikiran, perasaan dan mungkin juga naluri, ikut menentukan suatu karya misi. Kita perlu tetap waspada terhadap kecendrungan pribadi masing-masing, entah itu buruk atau baik, untuk bisa bekerjasama dengan tulus. Dalam kisah pertikaian ini, kita tampaknya tidak berhak mengadili siapa yang salah, siapa yang benar: apakah Paulus yang benar atau Barnabas dan sebaliknya. Tetapi yang jelas, walaupun mereka konflik dan berpisah, pewartaan Injil tetap dilaksanakan, bahkan perpisahan ini membuat Injil semakin luas diwartakan. Akhirnya Barnabas mengajak Markus berlayar ke Siprus, dan Paulus membawa Silas mengelilingi Siria dan Kilikia (Kis 15:41). Mereka mengambil jalur yang berbeda.
Dalam perjalanan misi ini, Paulus menjelajahi daerah Likaonia, Pisidia, Galatia, Makedonia (Filipi dan Tesalonika), Atena dan Korintus. Di Listra seorang murid Paulus bernama Timotius bergabung dengan Paulus. Pewartaan pada misi kedua ini berjalan dengan baik, banyak orang yang percaya dan dibabtis, tetapi mereka juga banyak mengalami tantangan dan derita yang tak kalah hebatnya. Misalnya di Filipi banyak orang non-Yahudi yang percaya dan dibabtis, termasuk Lidia, seorang pedagang Kain yang cukup berpengaruh dalam masyarakat tersentuh dengan pewartaan Paulus lalu menjadi Kristen. Di kota ini juga Paulus dan Silas dikejar-kejar karena membebaskan roh jahat dari seorang budak perempuan, sehingga pemiliknya kehilangan penghasilan. Hal ini berbuntut pada penangkapan dan pemenjaraan Paulus dan Silas. Namun Tuhan menyertai mereka, sehingga mereka dibebaskan, bahkan membabtis kepala penjara. Begitu juga dengan kota-kota lain seperti Tesalonika, Atena, dan Korintus. Di Tesalonika pewartaan berjalan dengan baik, tetapi mereka juga dikejar-kejar oleh orang Yahudi yang tidak senang dengan pewartaan Paulus.
II.7. Perjalanan misi ketiga
Antara tahun 53 dan 58. (Kis 18:24-21:26). Dalam perjalanan misi ketiga ini, Paulus ingin ke Yerusalem. Walaupun ada yang melarang Paulus untuk pergi karena hidupnya terancam, tetapi Paulus tetap ingin pergi. Paulus berangkat dari Antiokia dan pergi lagi ke Asia kecil, menuju Efesus. Pewartaannya di sini menimbulkan huru-hara yang disebabkan oleh tukang perak. Ia menggerakan tukang-tukangnya untuk mengacau kota dan melawan Paulus. (Kis 19:23-41). Di Efesus Paulus tinggal cukup lama. Dan dari Efesus Paulus melanjutkan perjalanan ke wilayah Makedonia dan Yunani lalu kembali ke Siria atau Antiokhia (Kis 20:1-3). Dalam perjalanan ke Antiokhia Paulus singgah di Troas. Dari sana Ia ke Miletus dan dia mengumpulkan tua-tua jemaat untuk memberikan pesan perpisahan kepada mereka yang intinya supaya mereka menjadi gembala yang baik dan menjaga kawanan yang ada pada mereka. Dari Miletus Paulus melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem dan sempat singgah di Tirus.(Kis 21:1-6).
Paulus tiba di Yerusalem sekitar tahun 58. Di Yerusalem orang-orang Yahudi dari Asia menghasut orang banyak untuk menentang Paulus. Mereka menuduh Paulus sebagai seorang pengkhianat yang menentang bangsa Israel, Taurat dan Bait Allah. Hal ini berujung pada penangkapan Paulus dan mereka mau membunuhnya. Untungnya ia diselamatkan oleh tentara Roma. (baca Kis 21:17-40). Lalu Paulus ditangkap dan dipenjarakan. Lalu kemudian dipindahkan ke penjara Kaisarea. (lihat Kis 23 dan 24). Karena mengalami pengadilan tidak adil, Paulus naik banding ke Roma. Lalu pergilah ia ke Roma dan setelah melalui perjalanan yang panjang dan berbahaya, tibalah Paulus di Roma. Di kota ini dia ditahan dalam tahanan rumah, tetapi walaupun demikian ia tetap melakukan pewartaan. Akhirnya di kota ini, Paulus diadili dan wafat sebagai martir.
II.8. Tantangan Misi Paulus
Perjalanan misi Paulus tidak bisa dilepaskan dari tantangan dan penderitaan. Banyak pengorbanan Paulus dalam mewartakan Injil. Kepada jemaat di Korintus dia mengatakan:
“Apakah mereka pelayan Kristus? -- aku berkata seperti orang gila -- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.” (2 Kor 11:23-26).[5]
Perjalanan misi Paulus tidak mudah. Tantangan datang dari orang Yahudi sendiri yang tidak percaya dan iri hati dengan pewartaan Paulus. Paulus juga menghadapi tantangan di tempat misi terutama dari pemimpin dan penduduk lokal. Paulus banyak berhadapan dengan kuasa kegelapan misalnya dalam Kis 16:13-18. Belum lagi yang datang dari orang-orang Kristen sendiri. Tak jarang Paulus dianggap sebagai saingan (Flp 1:15). Dia juga menjadi korban iri hati. Jadi, dalam mewartakan Kristus itu tidaklah mudah dan ini memang yang dikatakan Yesus kepada Paulus pada awal panggilannya.(Kis 9:16).













BAB III
STRATEGI DAN METODE MISI PAULUS
III.1. STRATEGI MISI PAULUS
Pauluslah adalah  misionaris Kristen yang paling berhasil sepanjang
zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia mengadakan
perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan jemaat-
jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi.
Strategi yang dilakukan oleh Paulus adalah  sebagai berikut:
1.      Paulus sadar bahwa ia hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala penderitaanyang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai "bejana tanah liat" hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri (2Korintus 4:7).
2.      Tetapi Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak
pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas
pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil
keputusan.
3.      Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah tapi Ia dapat saja menghabiskan
waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah
yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-
daerah terpencil. 
4.      Paulus memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka.
Para pembaca modern surat-surat Paulus mungkin mengira bahwa
pemberitaan Paulus dapat diringkaskan menjadi uraian yang abstrak
tentang dosa, pembenaran atau penebusan. Tetapi bukan demikian cara
Paulus berkhotbah. Ia mulai di tempat dimana para pendengarnya berada
dan bersedia membicarakan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kadang-kadang
berkhotbah merupakan cara pendekatan yang salah dan Paulus serta
rekan-rekannya selalu siap mendampingi orang orang dan menolong mereka
dalam menghadapi kesulitan hidup sehari-hari. Itulah sebagian rahasia
keberhasilan di Tesalonika: "Kami berlaku ramah di antara kamu, sama
seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya ... bukan saja rela
membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan
kamu" (1Tesalonika 2:7-8). Sikap kepedulian terhadap orang serta keluwesan dalam pemberitaan Injil inilah yang kemudian diringkaskan Paulus dalam ucapan: "Aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan
sebanyak mungkin orang... Bagi semua orang aku telah menjadi segala-
galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka" (1Korintus 9:19-22). [6]
Strategi rasul Paulus menurut Tom Jacobs dalama buku Rasul Paulus yaitu:
1.      Paulus tidak berkonfrontasi secara frontal dengan obyek sesembahan agama lain tetapi mengarahkan obyek itu kepada Allah yang benar yang hidup yang menciptakan langit dan bumi. Sekalipun demikian kitapun sebagai orang percaya tidak harus lari kepada ekstrim lainnya dengan cara berkompromi dan mengikuti faham inklusivisme seakan-akan semua agama itu sama.
2.      Bahwa Ia memberi hidup kepada manusia. Manusia selalu mencari hidup, karena itu pemberitaan mengenai sumber kehidupan itu akan tetap dicari orang. Setidaknya pada masakini kecenderungan praktek meditasi untuk mencari kesatuan dengan nafas hidup sangat digandrungi manusia. Umat Kristen bisa memperkenalkan Tuhan yang hidup dalam sejarah dengan kesaksian kehidupan mereka sendiri yang benar-benar telah merasakan arti hidup itu di dalam Tuhan.
3.      Karena itu manusia berdosa harus mencari-Nya, bertobat, dan hidup di dalam-Nya. Agama-agama mistik dan kurban tidak menuntut manusia bertobat, pengampunan dosa mereka anggap bisa dengan mudah ditebus dengan kurban dan persembahan, namun rasul Paulus menjelaskan bahwa “Manusia perlu bertobat!.
4.      Mengharapkan kebangkitan karena penebusan Kristus.[7]


III.2. METODE MISI PAULUS
 Strategi penginjilan adalah berbagai metode penyampaian Injil supaya memudahkan penginjil menyampaikan berita Injil, sehingga penginjilan menjadi lebih efektif. Strategi yang
cocok disuatu tempat, belum tentu cocok di tempat lain. Dengan
demikian tidak ada satu metode pun yang dapat dimutlakan penggunaannya. Dan yang perlu diingat, sebaik apapun strategi yang digunakan, tidak mampu membuat seseorang datang kepada Allah kecuali
dengan pertolongan Roh Kudus. Namun demikian, bukan berarti startegipenginjilan tidak perlu. Penginjilan tanpa strategi seperti seorang
yang pergi berperang tanpa perencanaan. Baik strategi maupun pengandalan diri pada kuasa Roh Kudus, keduanya dibutuhkan dalam
menginjili.
Paulus selalu serius dengan pemberitaan Injilnya. Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi ketika ia memberitakan Injil. Oleh sebab itu, Paulus mempunyai strategi dalam memberitakan Injil. Ada beberapa strategi yang dilakukannya dalam menginjili, yang dapat dijadikan model penginjilian yang efektif yaitu:
  1. Ia mendirikan gereja kota. Ia mendirikan jemaat Kristus di kota-kota besar yang startegis seperti Filipi, Efesus, dsb. Tujuannya agar sebanyak mungkin orang mendengar berita Injil. Setelah jemaat kuat dijadikan pusat pemberitaan Injil, dan kemudian jemaat itu mengutus Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat yang baru. Paulus menginjili ke tempat yang memungkinkan adanya hubungan yang lebih
    jauh dengannya, supaya ada komunikasi. Paulus menulis surat kepada
    jemaat-jemaat yang ia dirikan.
  2. Tempatyang digunakan untuk memberitakan Injil tempat-tempat umum yang sangat strategis, yaitu di sinagoge, dipasar-pasar, dirumah-rumah, dan ditempat belajar (Tiranus, Kis. 19:9).
  3. Di manapun keberadaannya tidak menghalangi Paulus untuk memberitakan Injil. Misalnya : di penjara.
  4. Rasul Paulus mengabarkan Injil di dalam rumah yang mereka kunjungi atau singgahi (Kis. 20:20; 20:31).
  5. Paulus melakukan penginjilan lintas budaya. Untuk menghindari terjadinya miss communication (kesalahpahaman) akibat perbedaan worldview, seperti peristiwa di Listra (Kis. 14:8-18). Oleh sebab itu dalam kesempatan penginjilan yang lainnya Paulus masuk melalui worldview daerah setempat. [8]
Worldview adalah pandang semesta/ dunia, atau asumsi apa yang mendasari, atau tindakan yang mendasari sebuah kebudayaan. Sebagai contohnya ialah dalam Kis.17 dalam peristiwa di Athena. Langkah pertama yang dilakukannya ialah menyelidiki worldview orang-orang Athena. Hal ini ditunjukan dalam ayat 17 yaitu dengan cara bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi, orang-orang yang takut akan Tuhan, serta orang-orang dipasar yang dijumpainya. Selain itu dalam ayat yang ke 23 dikatakan bahwa ia berjalan-jalan di kota itu dan melihat-lihat barang pujaan orang Athena. Dan ia menemukan worldview yang mendasari tindakan ibadah orang-orang Athena yatiu tulisa pada mezbah persembahan mereka yang berbunyi, “ Kepada Allah yang tidak dikenal.” Dari bunyi tulisan ini Paulus menemukan cara untuk masuk kepada penginjilan. Ia berkata kepada orang Athena bahwa Allah yang tidak mereka kenal itu adalah Allah yang ia beritakan. Allah yang menciptakan segala sesuatu dan memberi hidup kepada semua orang (ayat 24-25). Ini menunjukan bahwa Allah yang Paulus beritakan adalah Allah yang menciptakan orang Athena juga. Kemudian sampai kepada inti Injil yaitu Yesus yang mati dan bangkit (ayat 31).
6.      DalamKis.17:28 Paulus bertolak dari prinsip-prinsip Stoa serta mengutip penyair-penyair Yunani. Paulus disini tidak hanya mengundang perhatian dan simpati, tetapi perhatian untuk kesamaan antara pandangan dunia filsafat popular dan agama Kristen juga membantu membuka Injil kepada orang yang tidak terbiasa dengan Alkitab Yahudi. Sementara ia menggunakan bahasa Stoa, pantheisme Stoa yang impersonal sudah di alihkan menjadi monotheisme yang personal.
  1. Paulus berlaku sebagai orang Yahudi ketika menginjili orang Yahudi (1 Kor.9:19-20). Ini berarti, Paulus hidup mengikuti budaya orang Yahudi. Tujuannya adalah untuk memenangkan orang Yahudi. Tetapi dalam hal ini Paulus tidak kehilangan integritas dan tidak mengikuti hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Dengan berlaku seperti orang Yahudi, ia berharap dapat diterima atau dapat masuk dalam lingkup orang Yahudi, dan ddengan demikian ia dapat leluasa memberitakan Injil Kristus.
BAB IV
TEOLOGI MIS PAULUS DAN PELAYANAN MISI PAULUS TERHADAP RELEVANSINYA SAAT INI.
IV.1. TEOLOGI MISI PAULUS
a.      Menaklukkan Keangkuhan  Pada Diri Orang Percaya
Salah satu sifat buruk yang tidak seorang pun di muka bumi ini bisa lolos darinya setiap orang di dunia ini benci ketika mereka melihat sifat ini pada orang lain, namun hampir tidak seorang pun diantara mereka merasa bersalah karena memiliki sifat ini, kecuali orang Kristen. Sifat buruk yang dimaksudkan adalah sifat “ KEANGKUHAN “.
Karakter atau Esensi keangkuhan adalah persaingan. Ia tidak senang hanya memiliki sesuatu, sebab ia ingin memiliki lebih banyak dari yang orang lain miliki. Kita menyebut seseorang angkuh dikarenakan orang tersebut kaya, pandai, atau cantik, padahal bukan itu alasannya. Seorang dikatakan angkuh karena ia lebih kaya, lebih pandai, atau lebih rupawan daripada orang lain Perbandinganlah yang menyebabkan seseorang menjadi angkuh. Dari keangkuhan ini melahirkan perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, ambisi yang egois, percideraan, roh pemecah, dan kedengkian. ( Galatia 5 : 20-21).
b.      Keangkuhan selalu berarti perseteruan.
Paulus Direndahkan Paulus si Farisi, tekun melayani Allah seperti orang lain (Kis.22:3). Warisan religius dan prestasinya menjadi hal yang memupuk keangkuhannya. Seperti yang dikenang Paulus didalam Filipi 3 : 4 – 6, ia termasuk kaum pilihan Allah, berasal dari keluarga yang berbicara dengan bahasa kuno (“Ibraninya Ibrani”), dan termasuk golongan Farisi. Semua ini bisa menjadi alasan untuk bermegah. Berdasarkan standar hukum Musa, perilakunya tidak bercela, kebenarannya dalam mentaati Taurat murni, tidak pura-pura atau khayalan. Tetapi semua ini menjadikan pencobaan keangkuhan semakin kuat, karena adanya perbuatan-perbuatan baik yang otentik itulah sehingga seseorang paling tergoda untuk berbangga. Dosanya tidak terletak pada perbuataannya, tetapi pada keangkuhannya Filipi pasal 3 menunjukkan sifat bersaing dari keangkuhan itu. Jika ada orang berpikir dapat menaruh kepercayaan pada hal-hal lahiriah, aku punya lebih banyak ( Filipi 3 : 4 ).
Paulus termasuk bangsa Israel , bukan bangsa rendahan. Berbeda dari beberapa keluarga Yahudi lainnya, Keluarganya berkomunikasi dengan bahasa Ibrani. Berbeda dengan mayoritas bangsanya, ia hidup menurut sekte garis keras dalam agama kita ( Kisah para rasul 26 : 5 ; bandingkan dengan filipi 3 : 6b). Dan bahkan dikalangan Farisi pun Paulus unggul.
Keangkuhan Paulus hancur saat ia berjumpa dengan Yesus Kristus dalam perjalanan ke Damsyik. Dampak kemuliaan Kristus betul-betul membawanya dalam kerendahan. Kebanggaan yang pernah ia nikmati pada masa lalu ambruk saat kekecewaan melanda dengan hebat. Perlawanannya terhadap Yesus dan jemaat-Nya, yang tadinya salah satu sumber utama keangkuhannya, kini terlihat sebagai serangan terhadap Allah yang kehormatan-Nya disangkanya sedang ia bela. Dan yang sangat mengejutkan bagi Paulus adalah setelah sadar siapa yang ia jumpai, bahwa Kristus datang bukan untuk menghancurkannya. Saat menyingkapkan kemuliaan-Nya, Kristus turun untuk mencurahkan anugerah-Nya. ( 1 Kor. 15 : 8-10 ; Gal. 1 : 13-16 ; 1 Tim. 1 : 13-17 ).
Kesadaran membawa kepada penyangkalan diri. Tetapi apa yang dahulu adalah keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi demi Kristus. Terlebih lagi, aku menganggap segala sesuatu kerugian dibandingkan pengenalan yang jauh lebih mulia tentang Kristus Yesus, Tuhanku yang untuk-Nya aku telah melepaskan segala sesuatu. Paulus tidak sedang memikirkan dosa-dosanya , tetapi hal-hal yang tadinya merupakan keuntungan baginya, bukan pelanggaran hukum , melainkan ketaatannya yang serius terhadap hukum Taurat. Kecuali dalam hal menganiaya jemaat Tuhan, warisan Paulus sungguh terhormat. Tetapi setelah ia mengerti, bahayanya justru terletak disini : semakin mulia garis keturunan seseorang dan semakin tinggi prestasi yang dicapai, semakin hebat pencobaan untuk bermegah. Paulus tidak mengingkari keturunannya atau meremehkan prestasi yang telah dicapainya, tetapi ia meninggalkan semua itu demi Kristus. Apa yang dulunya dianggapnya keuntungan, sekarang disebutnya “ skubala “ ( sampah ), bahkan kotoran hewan. Untuk menyatakan perubahan reaksinya terhadap akibat dari hal-hal terhadap dirinya, dan sifat radikal dari pertobatannya.
Kesadaran Paulus atas rasa bersalahnya sebagai penganiaya jemaat tidak membuatnya terperangkap dalam sikap mengasihani diri sendiri, demikian pula penolakannya terhadap masa lalunya tidak membuatnya beku dan tidak bekerja. Sebaliknya anugerah yang menghancurkan keangkuhannya telah memperbaharui dan mengarahkan semangat pelayanannya (1 Kor. 15 :9-10 ). “ Duri dalam daging “ yang menahan Paulus dari memuliakan diri sendiri karena pengalaman sorga yang luar biasa ( 2 Kor. 12 : 7 ), menjadi sarana dimana anugerah kuasa Kristus disalurkan dalam hidupnya. Berdasarkan pengalamannya, Paulus menyurati jemaat. Suratnya yang pilu menunjukkan keangkuhan yang luluh pada saat pertobatan ternyata masih sulit ditaklukkan, dan memperoleh kesempatan baru untuk menyatakan diri diantara orang Kristen. Bagaimana keangkuhan itu menampilkan diri, dan bagaimana cara Paulus mengatasinya ? Empat surat Paulus mengandung pengajaran tentang ini.
c.       Konfrontasi Keangkuhan Dalam Surat Galatia
Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada budak atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu didalam Kristus ( Galatia 3 : 28 ). Diluar Kristus, setiap faktor dapat menimbulkan keangkuhan. Di surat Galatia, Paulus memperingatkan mereka, khususnya untuk menyerang superioritas bangsa Yahudi terhadap orang non-Yahudi. Paulus melakukan hal ini secara prinsip dengan menyoroti keberhasilan Kristus, khususnya dalam kematian-Nya : “ Sekali-kali aku tidak mau bermegah dalam hal apapun, kecuali salib Tuhan kita Yesus Krsitus.“ (Galatia 6 : 14). Melalui peristiwa salib, Allah membenarkan orang-orang non Yahudi untuk menggenapkan perjanjian-Nya dengan Abraham. Saat dipersatukan dengan Kristus, orang-orang non Yahudi telah menjadi anak-anak Abraham : “ Jikalau kamu adalah milik Kristus, kamu juga adalah keturunan Abraham, pewaris janji-Nya “.Demikianlah superioritas yang dimiliki oleh kaum Yahudi. Satu-satunya cara agar orang Yahudi diterima Allah tidak berbeda dari orang non Yahudi adalah dengan pada Kristus Yesus yang disalib. Semua asal usul dan keberhasilan yang sering dibanggakan adalah percuma.
Iman menyatakan diri dalam kasih, “ Sebab seluruh Hukum Taurat teringkas dalam satu perintah yakni Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kasih serta kualitas lain yang Allah berikan atau tumbuhkan dalam diri orang beriman bertujuan untuk melawan perbuatan-perbuatan daging, yaitu kebencian, perselisihan, iri hati, ambisi diri, pertikaian, perpecahan, dan kedengkian yang menunjukkan dosa keangkuhan yang mendasar.


d.      Konfrontasi Keangkuhan Dalam Surat 1 Korintus
Perpecahan yang terjadi di jemaat korintus menunjukkan keangkuhan pada tingkat tertinggi. Semua partisan memegahkan golongan. Setiap golongan mencela golongan yang lain. “ Kami lebih baik dari kamu “. Keangkuhan setiap anggota bergabung dengan keangkuhan anggota lain, dan menghasilkan kumpulan keangkuhan yang bahayanya jauh melampaui keangkuhan masing-masing. Masalah relasi semakin diperburuk oleh mereka yang menyebut diri “ teleioi “ ( yang matang atau yang sempurna ). Mereka menganggap diri pantas menerima misteri rohani dan memperoleh privilese, sehingga mereka lebih tinggi daripada yang lain. Mereka disebut rohani, sedangkan kaum awam hanya disebut duniawi.
Ditengah-tengah respon Paulus kepada jemaat di korintus, terpancang “ salib Kristus “. Oleh pemberitaan Kristus yang disalibkan, ( 1 Korintus 1 : 18-25 ), Allah merendahkan hikmat zaman ini, yang dengan berbagai cara mempropagandakan bahwa keberhasilan manusia semata-mata demi kemuliaannya. Sebaliknya kata Paulus keutuhan atau keselamatan manusia adalah prestasi Allah demi kemuliaan Allah . Dalam hikmat-Nya, Allah menetapkan cara keselamatan yang akan membongkar keangkuhan manusia , baik orang Yahudi maupun orang Yunani.
Bagi mereka yang menyombongkan kuasa ( Orang Yahudi mencari tanda ) dan pemahaman ( orang Yunani mencari hikmat ), salib tampak begitu lemah dan memalukan. Tetapi penilaian ini justru membuktikan kebutaan penafsirnya. Kristus yang tersalib sesungguhnya adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah . Kegagalan seseorang menelaah hal ini, menunjukkan Allah menyembunyikan kebenaran itu dari mereka yang bersikeras memakai standar zaman ini.
Langkah awal dalam menaklukkan keangkuhan , dan bukti awal akan hikmat yang sejati adalah dengan mengakui bahwa diri kita adalah orang yang angkuh dan bahwa seluruh sistem pemikiran ( hikmat zaman ini adalah manifestasinya ), yang telah menumbuhkan keangkuhan dan menyediakan dasar persaingan , adalah tipuan palsu, konyol , dan menuju kepada kehancuran. Dengan kata lain, memahami apa yang telah terjadi pada salib berarti menghilangkan peluang untuk bermegah , kecuali bermegah didalam Tuhan Yesus kristus.

Untuk mengetahui kekuatan dan hikmat Allah dalam salib, kita perlu pencerahan roh Allah. Roh tidak akan membawa kita melewati salib, tetapi justru semakin masuk kedalamnya. Arti peristiwa yang terluput bahkan dari para ahli dan filsuf zaman ini dan para penguasa zaman ini, Allah singkapkan melalui Roh-Nya. Tujuannya adalah agar kita mengerti apa yang Allah karuniakan kepada kita, yaitu hikmat, kebenaran, kekudusan, dan penebusan yang berada dalam Kristus Yesus yang tersalib. Bagaimana kita harus merespon ajaran Paulus tentang salib dan Roh, agar keangkuhan kita bisa dikalahkan secara efektif dan akibat sampingnya yang berbahaya bisa dicegah?
  • Pertama, kita perlu menerima pengajaran Allah.
Langkah awal untuk itu adalah dengan membuang semua pengajaran yang dulunya kita andalkan, beberapa versi dari hikmat zaman ini. Kita harus kembali menjadi orang bodoh, dan tidak berarti, karena orang-orang seperti ini, yang bodoh, lemah, rendah, hina, dan tidak berarti yang Allah panggil melalui petunjuk Roh. Hanya orang yang tidak berarti yang sadar bahwa dirinya tidak berarti yang bisa menerima berita bahwa keselamatan adalah sepenuhnya karya Kristus, dan demi kemuliaan kristus semata.
  • Kedua , Paulus mendorong jemaat agar menerima karunia Allah. Karunia pertama ajaran rasul itu sendiri. Kepada mereka yang rela menjadi bodoh, Allah mengaruniakan pengetahuan sejati (gnosis) dan Roh-Nya. Orang beriman kini bisa memahami apa yang Allah karuniakan secara Cuma-Cuma kepada kita menurut anugerah-Nya baik dalam Kristus maupun dalam Roh, untuk masuk kedalam kehidupan dan memelihar kehidupan itu.
Akhirnya , Paulus menasihati jemaat di Korintus untuk saling mengasihi. Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih , ilah keangkuhan adalah dosa utama yang daripadanya dosa-dosa lain terpancar, kasih adalah kebajikan kristiani yang teragung, yang sangat penting untuk menaklukkan keangkuhan. Pengetahuan meninggikan diri, tetapi kasih membangun. Kasih terbukti menjadi motivasi terkuat yang mendorong seseorang untuk menggunakan karunia-karunia rohaninya demi melayani orang lain. Ketika seseorang sadar bahwa dasar keangkuhan manusia telah dirobohkan dan semua yang kita perlukan untuk hidup adalah karya dan karunia Allah, saat seseorang mulai mengalami sukacita sebagai karunia Roh yang disediakan bagi mereka yang telah dibebaskan dari kompetisi keangkuhan, kedalam pelayanan demi kepentingan bersama seluruh tubuh, dan saat seseorang menyaksikan penaklukan keanggkuhan oleh kuasa kasih Allah, maka hasilnya adalah ibadah : Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Digenggam Allah merupakan satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan mabuk diri akibat keangkuhan.
e.       Konfrontasi Keangkuhan Dalam Surat Filipi
Disurat Filipi, keangkuhan bekerja diantara kelompok pemberita dan penerima injil. Dicatat tentang dua kelompok yang memberitakan Kristus, namun demikian sebagian melakukannya demi ambisi diri. Karena itu tidaklah heran bila kedengkian dan persaingan mereka terpicu oleh lebih efektifnya golongan yang lebih dekat dengan Paulus, sehingga mereka berusaha menyusahkan dan menjatuhkan Paulus dan pengikutnya, dan dengan demikian akan memenuhi ambisi mereka menjadi yang paling teratas. Yang paling tragis adalah mereka memberitakan kristus dengan motif yang keliru, mereka bukannya melayani dan meninggikan Kristus Yesus, tetapi justru memanfaatkan-Nya untuk meninggikan diri.
Kerendahan hati dalam inkarnasi dan pelayanan Yesus kristus tampak paling nyata diatas salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia ditempat tertinggi yang Ia duduki sebelumnya. Sebagai Dia yang merendahkan diri, Kristus ditinggikan, kerendahan hati-Nya adalah kemuliaan-Nya. Nama diatas segala nama adalah Kyrios (Tuhan) yang mewakili Yahweh, nama pribadi dari Allah kovenan Israel. Kehidupan Paulus sendiri adalah teladan. Kasihnya kepada jemaat Filipi merembes dalam seluruh suratnya. Ia mengorbankan kepentingannya demi mereka
Dalam terang kerendahan hati ini, Paulus menghimbau jemaat Filipi , janganlah melakukan apapun dari kepentingan sendiri, atau puji-pujian yang sia-sia, melainkan hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih baik daripada dirinya, maksudnya lakukan apa yang layak bagi seorang budak dan tempatkan diri dibawah mereka, posisi dimana seseorang lebih siap melayani orang lain. Ingatlah apa yang lebih memacu kita untuk bersikap rendah hati dengan gentar dan takut kecuali saat kita sadar bahwa Dia yang mahatinggi dan agung rela merendahkan diri untuk tinggal dalam hati kita ( Yesaya 57 : 15 ).[9]

f.       Konfrontasi keangkuhan dalam surat roma.
Roma 12 : 1 sampai dengan Roma 15 : 13 menyoroti kondisi jemaat Roma, meski tidak hanya itu. Roma 14 : 1 sampai Roma 15 : 6 secara khusus merefleksikan keprihatinan Paulus terhadap krisis yang serius dalam jemaat Roma. Disini ia menanggapi konflik antara yang lemah dan yang kuat, yaitu perpecahan antara kristen Yahudi dan Kristen non Yahudi hingga tingkat yang cukup parah. Kedua golongan ini sedang bertikai soal hukum Perjanjain Lama tentang makanan dan hari-hari khusus. Kini keangkuhan mendapat peluang. Masing-masing golongan menempatkan diri lebih tinggi dari golongan lain, mereka yang makan segala jenis makanan mencemooh mereka yang tidak makan, mereka yang tidak makan menghakimi mereka yang makan. Tindakan saling menuduh ini didasarkan pada anggapan bahwa sang hakim menduduki tempat yang lebih tinggi.
Pemikiran yang benar juga berarti menyadari bahwa keangkuhan merupakan dosa yang daripadanya semua dosa lain bersumber. Perintah didalam Roma 12 : 3 merupakan rubik bagi seluruh pembahasan. Semua yang Paulus bahas tentang kehidupan jemaat akan menjadi sia-sia jika dosa keangkuhan yang menjadi dasarnya tidak dipaparkan. Selain itu berpikir sewajarnya juga menyadari bahwa keangkuhan mengancam setiap anggota jemaat. Paulus menasihatkan semua pembacanya supaya Jangan Angkuh. Di surat Roma, seperti diketiga surat lainnya, tindakan dasar untuk melawan keangkuhan adalah saling mengasihi. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kasih tidak berbuat curang terhadap sesamanya, kasih tidak melenyapkan atau mengabaikan perbedaan antara yang kuat dan lemah, tetapi kasih justru muncul paling kuat tepat dihadapan perbedaan-perbedaan itu.
II.2. PELAYANAN RASUL PAULUS TERHADAP RELEVANSINYA SAAT INI.
Pelayanan  Paulus saat ini sangat terpangaruh dengan gereja dan memang pelayanan ini sangat diterapkan dalam pelayanan gereja masa kini, terlebih dahulu yang harus diketahui adalah dasar dari pelayanan Paulus itu dari Gereja. Gereja masa kini banyak yang tidak mengerti mengapa gereja itu dijadikan tempat untuk beribadah dan harus menjadi bagian dari pelayanan dan tempat pelayanan untuk memuliakan nama Tuhan, untuk lebih jelasnya kita harus mengenal gereja sehingga dengan mengenal gereja dapat mengerti bahwa gereja adalah tempat untuk menopang kebenaran.
Gereja adalah penopang kebenaran. Apakah gereja itu? Banyak orang terpaku kepada pendapat bahwa gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah meninggalkan kepedulian terhadap kehidupan duniawi karena sedang menyiapkan diri untuk masuk surga. Gereja sering pula dianggap sebagai tempat berhimpunnya orang-orang yang telah mengambil keputusan untuk meninggalkan arena perjuangan dunia ini karena tidak sanggup lagi menghadapi kejamnya dan kerasnya persaingan hidup. Ada pula sebagian orang yang menganggap gereja sebagai pelarian atau tempat mencari “suaka kehidupan” dari orang-orang yang tidak mempunyai pilihan lain.
Alkitab mengajarkan dengan jelas tentang pentingnya gereja. Itu bukan sebuah pilihan; itu adalah komponen penting dalam rencana keselamatan. Jadi, tidak heran bahwa, sebagaimana tersingkap dari peperangan besar itu, Setan bekerja sedemikian keras untuk menentangnya, khususnya karena gereja adalah sarana yang penting oleh mana orang-orang berdosa di bawah ke dalam hubungan dengan keselamatan yang ditawarkan Allah. Gereja, tulis rasul Paulus, adalah ‘keluarga Allah’ bahkan ‘tiang penopang dan dasar kebenaran’ (1Tim. 3:15). Gereja bukan sesuatu penemuan manusia; itu diciptakan oleh Allah untuk maksud-maksud membawa orang-orang berdosa yang bersalah itu ke dalam suatu hubungan yang menyelamatkan dengan Dia”
Gereja bukan dasar dari kebenaran, tetapi gereja adalah pilar yang menopang kebenaran itu agar dilihat oleh dunia. Jadi, oleh karena gereja adalah pilar yang menopang kebenaran, maka gereja yang tidak mempunyai kebenaran tidak dapat disebut sebagai gereja. Atau, kalau sebuah gereja tidak memiliki kebenaran “yang benar” maka apa yang ditopangnya adalah “kebenaran palsu” atau “kebenaran” menurut pandangan pribadi segelintir manusia saja. Gereja” adalah manusianya. Di seluruh Perjanjian Baru, penggunaan kata “gereja” selalu merujuk kepada manusianya, yaitu jemaah. Tetapi peradaban moderen telah menggiring makna gereja kepada pengertian yang bukan lagi sekadar orang-orang, tetapi sudah melebar kepada pemahaman yang lebih sekunder seperti sebagai sebuah bangunan atau suatu organisasi



BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam bagian pertama menjelaskan tentang latar belakang Paulus dimana dia berasal sehingga dia menjadi orang yang dipanggil Tuhan dalam pelayanannya dan menjadi penginjil yang luar biasa. Inilah latar belakang Paulus diterapkan dibawah ini:
1.      Rasul Paulus dilahirkan di Tarsus, sebuah kota metropolis Romawi, propinsi Kilikia (Kis 22:3). Tarsus, di sisi utara, melalui gerbang Kilikia, tergabung dengan budaya Asia Kecil; sedangkan di sisi timur melalui gerbang Syria berhubungan dengan negara-negara Asia, dan di sisi selatan dengan daerah Mediterania. Maka disimpulkan Paulus dilahirkan setelah Kristus, di antara 3-10 AD. Rasul Paulus dilahirkan oleh orang tua berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). Menurut Hieronimus, orang tua Rasul Paulus bermigrasi ke Tarsus dari Palestina, namun tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Mereka kemungkinan adalah orang-orang yang cukup berada, sebab mereka dapat memberikan pendidikan yang baik kepada Rasul Paulus.
2.      Rasul Paulus menerima bahwa ia dipanggil secara khusus oleh Tuhan dan memperoleh rahmat-Nya dalam keadaan yang tidak layak. Panggilan Tuhan Yesus atasnya terjadi dalam perjalanannya ke Damaskus (Damsyik). Sebelum ke Damaskus, ia memberikan diri sepenuhnya kepada hukum Taurat, dan setelah peristiwa Damaskus, ia memberikan sepenuhnya kepada Kristus. Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga kali (Kis 9:1-9, 22:6-16, 26:12-18). Rasul Paulus dapat menerapkan perkataan Allah kepada Nabi Yeremia di dalam kehidupannya sendiri, “Sebelum Aku membentuk engkau di rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, sebelum engkau dilahirkan Aku telah menentukan engkau, sebagai nabi bagi bangsa- bangsa yang Kutunjukkan kepadamu.” (Yer 1:5). Apa yang dulu ia pikir berharga, kemudian ia anggap rugi (lih. Flp 3:7-8) jika dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus.


Dalam Bab II tentang Peta Perjalan Misi Rasul Paulus yaitu:
Paulus adalah pilihan Allah untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada semua orang (Gal 1:15). Suatu yang menakjubkan bahwa seorang Saulus yang tadinya penganiaya pengikut Kristus, sekarang dengan semangat bergelora mau mewartakan Kristus. Perjalanan misi Paulus bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi dia berani mengambil resiko untuk menderita, menghadapi tantangan untuk Kristus. sekitar tahun 45 dan 49 (lihat Kis 13:1-14:28). Dalam pimpinan Roh kudus Paulus bersama Barnabas dan Markus berangkat melaksanakan misi ini. (Kis 12:24-13:3) Mereka mengunjungi pulau Siprus daerah kelahiran Barnabas (Kis 13: 4-12).
Dalam perjalanan misi ini, Paulus menjelajahi daerah Likaonia, Pisidia, Galatia, Makedonia (Filipi dan Tesalonika), Atena dan Korintus. Di Listra seorang murid Paulus bernama Timotius bergabung dengan Paulus. Pewartaan pada misi kedua ini berjalan dengan baik, banyak orang yang percaya dan dibabtis, tetapi mereka juga banyak mengalami tantangan dan derita yang tak kalah hebatnya. Misalnya di Filipi banyak orang non-Yahudi yang percaya dan dibabtis, termasuk Lidia.
Antara tahun 53 dan 58. (Kis 18:24-21:26). Dalam perjalanan misi ketiga ini, Paulus ingin ke Yerusalem. Walaupun ada yang melarang Paulus untuk pergi karena hidupnya terancam, tetapi Paulus tetap ingin pergi. Paulus berangkat dari Antiokia dan pergi lagi ke Asia kecil, menuju Efesus.
Strategi yang dilakukan oleh Paulus.
1.      Paulus sadar bahwa ia hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala penderitaanyang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai "bejana tanah liat" hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri (2Korintus 4:7).
2.      Tetapi Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak
pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas
pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil
keputusan.
3.      Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah tapi Ia dapat saja menghabiskan
waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah
yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-
daerah terpencil. 
4.      Paulus memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka.
Dalam Bab IV disimpulkan bahwa:
a.       Menaklukkan Keangkuhan  Pada Diri Orang Percaya
b.      Keangkuhan adalah perseteruan
c.       Konfrotasi keangkuhan dala surat Korintus
d.      Keangkuhan dalam surat Roma
e.       Keangkuhan dalam surat Galatia. Dll.
Dalam Bab V adalah kesempulan dari keseluruhan Bab I, II, III dan Bab IV. Sehingga pembaca dapat melihat yang sudah ditulis dari atas semua inti sari dalam makalah ini.
b. Saran
Harapan penulis dalam makalah ini supaya dikomentar setiap kata kalimat yang tidak berkesinambungan dan untuk diperbaikin, dan biarlah makalah ini menjadi berkat bagi kita semua yang membaca makalah ini sehingga dapat menambahkan ilmu bagi para pembaca. Jika banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon maaf sebesar-besarnya. Andai kata tidak ada manusia yang sempurna mari kita memahami bersama. Tuhan Yesus Memberkati.





DAFTAR PUSTAKA.
1.        Laur, Gebhard M Heyder a. S., Paul of Tarsus, translated by Herman Mueller, SVD, (Manila: Logos Publication, 1994),  7-8
2.        Eusebius, History of the Church, Book II,  25).
3.        Montague, George T. The Living Thought of St. Paul, Second Edition, Encino, CA: Benzinger, 1976.
4.        J.I Packer, Merrill C. Pelayanan Rasul Paulus Dan Surat-Surat Rasul Paulus. Gandum Mas, Malang, 1993
5.        John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 344 – 345)
6.        John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 344 – 345
7.        Tom Jacobs, RASUL PAULUS, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984
8.        D. W. Eliss, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, TT) hlm. 132.
9.        Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi.







[1] . Laur, Gebhard M Heyder a. S., Paul of Tarsus, translated by Herman Mueller, SVD, (Manila: Logos Publication, 1994),  7-8
[2] Eusebius, History of the Church, Book II,  25).

[3] Montague, George T. The Living Thought of St. Paul, Second Edition, Encino, CA: Benzinger, 1976.
[4] J.I Packer, Merrill C. Pelayanan Rasul Paulus Dan Surat-Surat Rasul Paulus. Gandum Mas, Malang, 1993
[5] John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 344 – 345)



[6] John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 344 – 345
[7] Tom Jacobs, RASUL PAULUS, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984
[8] D. W. Eliss, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, TT) hlm. 132.

[9] Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi.

2 komentar:

  1. Berhati hatilah terhadap mesias mesias palsu yang menyamar sebagai domba,padahal dia adalah srigala yang buas.
    Ucapan Yesus diatas benar benar digenapi oleh paulus Tarsus

    BalasHapus
  2. jangan sampai anda terkutuk dgn ucapanmu.

    BalasHapus