NAMA : ELIYONA BAENE
SKRIPSI : BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Pekabaran Injil adalah sesungguhnya sudah merupakan
salah satu pokok agenda gereja dewasa
ini. Setiap orang sesungguhnya sedang
berlomba untuk memikat setiap orang lain supaya mau menerima sesuatu yang di
tawarkan.[1]
Pekabaran Injil pada dasarnya merupakan
suatu bagian yang menjadi tanggung jawab seluruh orang Kristen, sebab Kristus
sendiri hadir di tengah dunia dalam rangka memberitakan Injil kepada dunia.
Kehadiran-Nya di dalam dunia di hayati sebagai usaha untuk memberitakan Injil
sebagaimana yang ditulis dalam (Markus 1:38: Aku memberitakan injil karena
untuk itu Aku datang..’yang dimaksud Injil dalam kata ini adalah kata “Injil”
di artikan “sebagai kabar baik” [2]
hal tersirat dalam perkataan-Nya yang di tulis oleh Lukas 4:18-19, yang
menyattakan bahwa “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang dan Ia mengutus Aku untuk
memberitakan kabar baik kepada orang-orang Tawanan dan pengelihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan Tahun Rahmat Tuhan telah datang. Jadi dengan demikian, sebenarnya
dapat penulis simpulkan bahwa dalam pandangan Yesus Kristus Pekabaran Injil
adalah upaya untuk memberitakan kabar baik tentang kedatangan Kerajaan Allah
dengan segala tanda-tandanya kepada dunia.[3]
Pekabaran Injil yang semacam Inilah yang oleh Yesus
Kristus dinubuatkan dan akan dilanjutkan sebagai keharusan sejarah untuk di beritakan
sebelum akhir zaman tiba, (Markus 13:10) “tetapi Injil harus diberitakan dahulu
kepada semua bangsa” sebab itu dalam rangka mengisi masa antara kedatangan
Yesus Kristus sampai akhir zaman, Dia memberikan Perintah pemberitaan Injil
yang dituliskan dalam Injil Matius 28:19-20: “Pergilah jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu”
Perintah Tuhan Yesus Kristus pada Hakekatnya adalah
perintah Untuk memuridkan (mengajar untuk melakukan Perintah Yesus Kritus), dan
membaptiskan (sebagaimana yang dilakukan Yesus Kristus sejak awal kegiatan
pelayanan-Nya), sehingga orang dapat mengenal dan merasakan tanda-tanda
kedatangan Kerajaan Allah dalam hidunya.[4]
Menurut Michael Chua, salah seorang peserta
Conference dari Makati Gospel Church di Manila, Filipina, bahwa Gereja yang
Mengabarkan Injil Gereja mula-mula lahir pada Hari Pentakosta atau Hari
Pencurahan Roh Kudus melalui Pekabaran Injil yang dilakukan oleh Rasul Petrus.
Setelah ia berkotbah tercatat ada 3000 orang yang percaya, bertobat,
diselamatkan dan dibaptis (Kisah Para Rasul 2:41). Tugas ini sering disebut
sebagai KERYGMA atau memproklamirkan Injil atau EUANGELION yaitu Kabar Baik tentang Tuhan Yesus Kristus
yang disalibkan untuk penebusan kita dan yang dibangkitkan untuk membenarkan
kita, itulah keselamatan bagi setiap yang percaya dan mengaku serta menerima
Dia sebagai Juruselamat.[5]
Berita itulah yang diproklamirkan oleh Gereja-gereja Tuhan sepanjang Kitab
Kisah Para Rasul, berita itu adalah berita penuh kasih karunia dan kuasa Allah.
Sehingga setiap orang yang mendengarnya, percaya serta mengaku dan menerima
dalam hati dan hidupnya akan diselamatkan: "Karena dengan hati orang
percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."
(Roma 10:10). Berita itulah yang dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang
sejarah, umat manusia yang dikuasai dosa dan akan menuju kebinasaan kekal serta
yang tidak sanggup dengan usaha baik apapun untuk menyelamatkan dirinya. Berita
itulah yang harus terus meneruskan diberitakan oleh Gereja-gereja Tuhan
sepanjang zaman; juga oleh gereja kita sampai Tuhan datang untuk kedua kalinya.
Menurut Pastor Rick Warren "Pekabaran Injil
adalah bagaikan peredaran aliran darah dalam tubuh manusia. Jikalau peredaran
aliran darah dalam tubuh kita baik dan lancar maka kita memiliki tubuh yang
sehat. Sebaliknya jika peredaran aliran darah tidak lancar dan terganggu maka
kita menjadi orang yang sakit. Demikian juga dengan gereja, jika gereja tidak
mengabarkan Injil maka gereja akan sakit dan lama-kelamaan kalau tidak
disehatkan kembali maka gereja akan mati. Jikalau kita ingin gereja kita tetap
hidup dan bertumbuh maka kita harus terlibat dan mendukung semua usaha
pekabaran Injil yang dilakukan dengan berbagai karunia yang Tuhan berikan
kepada kita.
Gereja yang tidak mengabarkan Injil adalah gereja
yang siap untuk mati. Rasul Paulus berkata: "Karena jika aku memberitakan
Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah
keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."
(1Korintus 9:16). Semoga Gereja semua mempunyai tekad seperti Rasul Paulus,
jadikanlah gereja sebagai Gereja yang Mengabarkan Injil.
Berorientasi
pada Peranan Jemaat dalam Kisah Para Rasul 2:47 akan sangat menarik jika kita
perhatikan dengan teliti: "Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap- tiap
hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." Di situ
jelas dikatakan bahwa "mereka" disukai semua orang. Yang disukai
semua orang bukan Petrus, Yohanes atau rasul yang lain, melainkan seluruh
anggota jemaat gereja tersebut, yang tentunya termasuk para rasul.[6]
Berarti yang berperan dalam pertumbuhan gereja bukan hanya para rasul tetapi
seluruh anggota jemaat. Demikian juga dengan pertumbuhan gereja kita tidak
boleh berorientasi atau berpusat pada pendeta, penginjil, majelis atau aktivis
lainnya. Seharusnya seluruh anggota jemaat turut berperan.
Menurut Bapak Reformasi Martin Luther (1483-1546) dengan menunjuk pada Surat 1Petrus
2:9. "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-
perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib." Semua orang percaya, segenap anggota jemaat
harus berperan bahkan berfungsi sebagai imam yang memanjatkan doa syafaat untuk
sesama.
Hal yang dilakukan oleh Anggota Jemaat juga dengan
harus berperan mereka dalam mengabarkan Injil bagi pertumbuhan gereja, anggota
jemaat harus melakukan pekabaran Injil. Alkitab mencatat bahwa "Mereka
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu
berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kisah Para Rasul 2:42).
Pertama-tama mereka 'bertekun dalam pengajaran', berarti bersungguh-sungguh dan
tidak jenuh mau belajar dan bertumbuh dalam pengajaran atau doktrin. Pengajaran
atau doktrin adalah bagaikan tulang dalam tubuh kita. Jika kita bertumbuh dan
teguh dalam doktrin maka kita tidak akan mudah disesatkan oleh guru-guru atau
pengkotbah-pengkotbah, penginjil-penginjil palsu.
Seorang yang mengabarkan Injil harus bertekun dalam
persekutuan' atau koinonia, dengan saling mengenal dengan akrab. bukan hanya
sekedar tahu nama dan alamat, tetapi juga suka duka sebagai sesama anggota
jemaat. Persekutuan itu lakukan di saat beribadah dan doa bersama. Ibadah dan
doa adalah bagaikan nafas bagi tubuh kita. Itulah hubungan vertikal yang harus
ada dalam gereja dan dengan adanya hubungan vertikal tersebut maka dengan
sendirinya haruslah terbentuk hubungan horizontal sesama anggota jemaat.
Persekutuan vertikal dan horizontal yang dinamis tersebut kemudian menghasilkan
"banyak mujizat dan tanda" (Kisah para Rasul 2:43).
Tugas
pemberitaan Injil bukanlah sekedar suatu pelengkap dari tugas gereja. Sebab
gereja pada dirinya bersifat missioner. Di
I. Korintus. 9:16, rasul Paulus berkata:
“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan
diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil”. Jadi pemberitaan Injil merupakan bagian yang hakiki dari
kehidupan dan eksistensi gereja. Karena selain melalui pemberitaan Injil,
gereja menyampaikan berita keselamatan Allah di dalam Tuhan Yesus, juga melalui
pemberitaan Injil gereja mengalami proses pertumbuhan.
Dengan demikian, pertumbuhan gereja sangat
ditentukan oleh Pemberitaan Injil. Ini berarti gereja-gereja yang secara
faktual mengalami proses pertumbuhan, tetapi tidak memberitakan Injil dapat
dipertanyakan, apakah pertumbuhannya disebabkan karena aspek lokasi strategis,
ikatan kekeluargaan, kesukuan, iming-iming materi, daya tarik
pemimpin/key-person, dan sebagainya. Namun yang jelas tugas Pemberitaan Injil
tidaklah ditentukan oleh faktor-faktor tersebut.
Pemberitaan
Injil pada hakikatnya memiliki misi dan visi yang khusus, yaitu menyampaikan
tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah yang mentransformasi kehidupan agar umat
manusia memperoleh pengampunan, penebusan, pemulihan dan rekonsiliasi yang
menyeluruh secara vertikal dan horisontal. Itu sebabnya pemberitaan Injil dalam
konteks ini bukan untuk mengubah orang lain untuk memeluk agama Kristen. Tetapi
mengubah pola pikir dan nilai-nilai yang ada di dunia ini agar sesuai dengan
pola pikir dari kehendak Allah, dan hidup sesuai nilai-nilai yang diajarkan
oleh Tuhan Yesus.
Jadi tugas
pemberitaan Injil yang memiliki misi dan visi untuk mentransformasi nilai-nilai
dan pola pikir dunia ini perlu dilakukan seiring dengan proses pertumbuhan
gereja. Ini berarti usaha mentransformasi nilai-nilai dan pola pikir dunia agar
sesuai dengan iman Kristen sangat ditentukan oleh keadaan faktual sejauh mana
gereja telah bertumbuh. Dengan demikian,
pertumbuhan gereja pada hakikatnya menentukan arah dan dinamika misi/visi untuk
mentransformasi nilai-nilai dan pola pikir dunia ini agar seluruh umat manusia
hidup dalam karya penebusan Kristus.
Menurut
George Barna, dalam bukunya yang berjudul: “Marketing the Church” menyampaikan
gagasannya, bahwa pertumbuhan gereja akan terjadi jikalau gereja secara tepat
mampu memasarkan, sehingga gereja tersebut menjadi berkembang secara pesat.
Kerapkali
kita berpikir, bahwa yang kita utamakan dalam kehidupan gereja kita hanya
kualitas. Tentu tujuan tersebut
sangatlah benar, agar dalam kehidupan gereja kita tercipta suatu kehidupan yang
bermutu. Gereja merindukan agar para anggota jemaat kita bermutu dalam iman,
kasih, spiritualitas dan pelayanan gerejawi. Tetapi apa artinya suatu kualitas
yang seringkali tidak terukur, apabila jemaat yang kita anggap telah
berkualitas tersebut ternyata tidak mengalami proses pertumbuhan yang
kuantitatif.
Gereja setempat bersaing dengan
organisasi-organisasi lain untuk merebut waktu, perhatian, uang, kesetiaan
singkatnya menarik hati orang banyak. Persaingan itu sesungguhnya bukanlah
dengan gereja lain melainkan dengan organisasi, kesempatan, dan filsafat lain yang dapat menjadi alternatif untuk
kehidupan Kristen”. Dengan kata lain gereja tidak dapat bersandar pada
asumsi-asumi teologis belaka, atau pada perasaan dan nalurinya saja. Suatu
gereja akan berkembang apabila gereja itu mendasarkan segala rencana dan
taktiknya pada informasi yang cermat dan mutakhir. Karena itu pengelolaan data
yang diperoleh dari survey yang cermat dan mutakhir dari para anggota jemaat
sangat diperlukan agar dapat “memasarkan gereja” secara efektif, sehingga
seluruh kebijakan dan strategi pertumbuhan gereja didasarkan pada data-data
yang faktual dan valid. Nasihat Tuhan Yesus dalam Lukas. 14:28-30 tentang makna dan manfaat dari
suatu perencanaan. Perencanaan dalam
tugas pemberitaan Injil agar dapat mencapai tujuan perlu memperhatikan
keadaan/alamat si penerima (latar-belakang), yaitu kontekstualisasi. IKorintus. 9:19-23, yang mana rasul Paulus
untuk memenangkan banyak orang menempuh cara dengan memahami dan
mengidentifikasi orang-orang yang ditujunya. Di sinilah Pekabaran Injil sering
gagal, karena kita kurang memperhatikan keadaan faktual dan latar-belakang
orang-orang yang sedang kita tuju. Itu sebabnya program pembekalan agar para
anggota jemaat dapat melaksanakan pemberitaan Injil secara benar wajib
diberlakukan, seperti pengetahuan budaya, adat-istiadat, pemahaman teologis
yang dia miliki dari agama yang dianutnya, dan keadaan kepribadian/karakter
yang bersangkutan.
Jadi usaha
pemberitaan Injil dengan memperhatikan kontekstualisasi, akhirnya sangat
ditentukan oleh sejauh mana gereja tersebut mampu memberdayakan para anggota
jemaat untuk ambil peran dalam seluruh tugas gerejawi yang pada saat yang sama
mereka diperlengkapi sesuai dengan karunia yang mereka miliki (Efesus.
4:11-12). Itu sebabnya tugas pemberitaan Injil senantiasa diikuti dengan
berbagai usaha pembinaan diri, pelatihan, pembekalan, pendampingan, bimbingan,
dan kaderisasi dalam berbagai bidang sesuai dengan minat dan panggilannya
masing-masing. Di sini faktor komunikasi, relasi atau hubungan personal sangat
menentukan keberhasilan tugas pemberitaan Injil dan pertumbuhan gereja.
Keinginan seorang pekabaran Injil adalah memenangkan orang yang belum percaya
kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, jemaat harus di ajarkan arti
pekabaran injil jika jemaat mengetahui arti pekabaran Injil itu maka jemaat
juga mengetahui arti pertumbuhan gereja sehingga pertumbuhan jemaat bertumbuh
dalam hasil pekabaran Injil.[7] Jadi penulisan Skripsi ini bertujuan untuk
memberi masukan tentang arti sebuah Pekabaran
Injil yang efektif bagi pertumbuhan gereja, dengan judul: “PERANAN
PEKABARAN INJIL YANG EFEKTIF BAGI PERTUMBUHAN GEREJA BANUA NIHA KERISO
PROTESTAN (BNKP) HOYA EWO NIAS SELATAN”.
1.1.1.
Identifikasi
Masalah
Penulis menemukan beberapa identifikasi masalah dalam judul yang penulis
angkat tentang PERANAN PEKABARAN INJIL
YANG EFEKTIF BAGI PERTUMBUHAN GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) HOYA
EWO NIAS SELATAN.
Apa
itu peranan pekabaran Injil?
1.
Apa yang di maksud Injin dan pertumbuhan
Gereja?
2.
Bagaimana proses pekabaran Injil di
jemaat BNKP Hoya Ewo?
3. Apakah
Hubungan Pekabaran Injil bagi Pertumbuhan Gereja Banua Niha Keriso Protestan
(BNKP) Hoya Ewo?
4.
Bagaimana Pekabaran Injil bagi
Pertumbuhan Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo?
5. Bagaimana
Sejarah Pekabaran Injil dalam Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya
Ewo?
6.
Bagaimana dampak Pekabaran Injil bagi Pertumbuhan
Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo?
7. Bagaimana Pekabaran Injil yang Efektif bagi Pertumbuhan
Jemaat gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo?
1.3. Batasan
Masalah
Batasan masalah yang di angkat dari judul skripsi ini sangat terlalu luas
jika diteliti secara menyeluruh maka dari itu agar masalah tidak terlalu meluas
dan melebar maka penulis memiliki data
yaitu peranan pekabaran Injil yang efektif bagi pertumbuhan Gereja Banua Niha
Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo agar penulis
dapat fokus dalam satu konteks sehingga pemaparannya lebih efisien.
1.4. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah yang
telah penulis paparkan di atas maka penulis dapat mengangkat beberapa rumusan masalah
dalam judul skripsi ini, sebagai berikut:
1.
Apakah Hubungan Pekabaran Injil bagi
Pertumbuhan Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo?
2.
Bagaimana Sejarah Pekabaran Injil dalam
Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo?
3.
Bagaimana Pekabaran Injil yang Efektif bagi Pertumbuhan
Jemaat gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo?
1.5. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Apakah Pekabaran Injil
dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP)
Hoya Ewo?
2.
Untuk mengetahui Bagaimana Pekabaran
Injil dalam Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo?
3.
Untuk mengetahui Bagaimana Dampak
Pekabaran Injil bagi Pertumbuhan Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya
Ewo?
1.6. Metode
Penelitian Kualitatif
Penulis menggunakan
metode penelitian dengan teknik deskriptif, analisa. Deskriptif penulis berusaha untuk menjelaskan fakta yang
aktual sedangkan menganalisi penulis berusaha menganalisi dari hasil deskriptif
yang berupa pernyataan yang berkaitan
dengan permasalahan, baik melalui wawancara atau pun data-data lain. Selain
data-data yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini penulis mencari data
lewat wawancara, buku-buku yang ada sebagai pendukung, browsing internet.
1.7.
Kegunaan
Penelitian.
1.
Kegunaan
akademis, penelitian ini bermanfaat untuk membantu penulis menyelesaikan karya
ilmiah dalam proses study di Kampus dan untuk menunjang masa depan yang akan
datang.
2.
Secara Teoritis,
penelitian bermanfaat untuk menambah
pemahaman penulis dan orang Kristen tentang Injil dan gereja.
3.
Secara Praktis,
penelitian diharapkan untuk memberikan
konsep baru terhadap pelayanan di gereja.
1.8.
Hipotesa
Penulis memiliki
pandangan dari hipotesa ini berdasarkan bab I dalam latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, serta tujuan penulisan,
maka hipotesa dari penulis adalah jika Pekabaran Injil dilakukan secara efektif
maka Injil itu akan memiliki dampak yang positif.
1.9.
Sistematika Penulisan
Bab I PENDAHULUAN
Dalam
bab ini penulis menjelaskan tentang Latar belakang Masalah, Batasan Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Hipotesa, Metode Penelitian, dan Sistimatika
Penulisan.
Bab II HUBUNGAN
PEKABARAN INJIL DANPERTUMBUHAN GEREJA
Dalam Bab ini menjelaskan tentang hubungan antara Pekabaran Injil dan
Pertumbuhan Gereja dalam konteks Alkitab dan Masa kini.
Bab III
SEJARAH PEKABARAN INJIL BAGI PERTUMBUHAN GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP)
HOYA EWO NIAS SELATAN.
Dalam bab ini Penulis akan menguraikan sejarah Pekabaran Injil di Nias secara
umum dan khususnya pelayanan yang di
lakukan di jemaat
Banua
Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Hoya Ewo Nias Selatan.
Bab
IV ANALISA TENTANG
PEBAKARAN INJIL BAGI PERTUMBUHAN GEREJA
Bab ini penulis akan menganalisa faktor-faktor yang
membuat Pekabaran Injil terhambat serta Pemecahan
masalah atas hambatan-hambatan yang di hadapi.
Bab V PENUTUP
Bab akhir ini sebagai penutup
pembahasan skripsi yang berisi kesimpulan serta saran penulis untuk dapat
dipergunakan sebagaimana seharusnya dalam meningkatkan pelayanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar